Sekecil apapun kesempatan, kita harus perjuangkan
Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum PSSI Erick Thohir menjadikan peristiwa kadet 1947 sebagai inspirasi saat tim nasional Indonesia berhadapan dengan Jepang, pada pertandingan terakhir Grup D yang akan berlangsung Rabu (24/1) mendatang.

Indonesia masih menyimpan peluang untuk lolos ke putaran 16 besar Piala Asia untuk pertama kalinya, sebagai salah satu dari empat tim peringkat ketiga terbaik. Saat ini, Tim Garuda berada di posisi ketiga klasemen Grup D dengan tiga poin.

Sedangkan di klasemen mini yang mengumpulkan tim-tim peringkat ketiga dari keenam grup, Indonesia berada di posisi kedua atau pertama, sebab memiliki koleksi kemenangan dan jumlah selisih gol yang sama dengan tim dari Grup E Bahrain.

Selain Indonesia dan Bahrain, keempat tim lainnya yakni Oman, Suriah, Tajikistan, dan Palestina baru mengumpulkan satu poin. Dengan demikian, hasil seri saat berhadapan dengan Jepang berpeluang meloloskan Indonesia ke 16 besar, bahkan kekalahan saat melawan tim Samurai juga masih berpeluang meloloskan Indonesia ke putaran selanjutnya, bergantung kepada hasil dari tim-tim lain.

Baca juga: Indonesia pimpin klasemen peringkat tiga Piala Asia

“Sekecil apapun kesempatan, kita harus perjuangkan. Kita ada peristiwa dulu, ketika Indonesia masih di bawah Belanda, Indonesia terkurung. Tapi masih ada kalau ingat kadet, ada sekelompok anak muda menerbangkan pesawat waktu itu, bisa mengebom kembali Belanda,” kata Erick seusai peresmian kerja sama dengan apparel Erspo di Jakarta, Senin.

“Ada nilai-nilai patriotisme saat itu, dengan segala keminiman. Pesawat pakai pesawat latih, bomnya juga pakai tangan. Dan dianggap tidak bisa pulang karena tidak ada radar, tapi ternyata bisa kembali,” tambahnya.

“Nah saya melihat anak-anak muda Indonesia yang ada di lapangan saat ini, saya berharap sekecil apapun, bukan tidak mungkin (dapat lolos ke 16 besar). Karena itu saya memutuskan untuk terbang (ke Qatar) malam ini, siapa tahu bisa memberi effort lebih, supaya bisa tampil paling tidak baik, sebaik mereka bermain melawan Vietnam,” ujar Erick yang juga merupakan Menteri BUMN itu.

Baca juga: Menakar peluang Indonesia amankan posisi 16 besar Piala Asia

Peristiwa yang diceritakan Erick merupakan kejadian saat Indonesia baru berusia dua tahun, dan harus mengalami serangan Belanda yang ingin kembali merebut kekuasaan di tanah air. Saat itu sekelompok siswa sekolah penerbangan di Yogyakarta melakukan serangan udara terhadap markas tentara Belanda yang berada di Semarang dan Salatiga dengan segala keterbatasan.

Terkait Piala Asia 2023, Erick juga memberikan pujian kepada bek tengah Jordi Amat, yang tetap ngotot ingin bermain kontra Jepang meski mengalami cedera wajah saat melawan Vietnam.

“Itulah yang namanya patriotisme. Itulah yang pernah saya bilang, jangan membedakan mana pemain yang dari Liga Indonesia, mana pemain yang berkiprah di luar negeri. Jangan bedakan juga agama, lahir di mana, inilah yang namanya membangun tim. Sebuah kesatuan, kebersamaan yang bisa menghasilkan yang baik. Siapapun yang ingin membela merah-putih, itulah Indonesia,” pungkas Erick.

Baca juga: Klasemen sementara Piala Asia 2023 setelah putaran kedua rampung
Baca juga: Qatar hingga Arab Saudi pastikan satu tempat di babak 16 besar


Pewarta: A Rauf Andar Adipati
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024