Tahun 2024, kami akan fokus ke 40 kawasan, 2025 juga akan dikembangkan untuk 40 kawasan. Sisanya akan kami layani di 2026.
Jakarta (ANTARA) - Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melibatkan pengelola pemukiman, mal hingga operator transportasi di Jabodetabek dalam memperluas layanan Bus Jabodetabek Residence Connexion (JRC) dan Transjabodetabek.

Pada Rapat Koordinasi Pengembangan Angkutan Umum Perkotaan Jabodetabek yang dilaksanakan di Jakarta, Selasa, dalam sambutan pembukaan yang disampaikan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPTJ Suharto menjelaskan tujuan pelaksanaan rapat ini untuk memperkenalkan rencana pengembangan layanan JRC dan Transjabodetabek.

"Tidak hanya itu, kami juga perlu mendapat masukan penentuan titik naik turun penumpang JRC pada area pemukiman dan Transjabodetabek pada mal. Apakah di dalam area pemukiman/pusat perbelanjaan, di luar atau di pinggiran," ujar Suharto sebagaimana keterangan yang diterima pada Selasa.

Hal tersebut penting untuk menyinkronisasikan pengembangan layanan JRC pada 117 pemukiman yang sudah dipetakan oleh BPTJ untuk kurun waktu 3 tahun ke depan.

"Tentunya tidak semuanya selesai di 2024, maka kami susun ke dalam beberapa staging. Tahun 2024, kami akan fokus ke 40 kawasan, 2025 juga akan dikembangkan untuk 40 kawasan. Sisanya akan kami layani di 2026," kata Suharto pula.

Menurutnya, jika seluruh layanan JRC di 2024 ini selesai, maka tahapan berikutnya ialah mengintegrasikan layanan di Jakarta, tidak hanya fisik, namun juga pembayaran dan sistemnya.

"Tahapan berikutnya, maka perlu adanya subsidi atau intervensi dari pemerintah dan salah satunya melalui account based ticketing (ABT)," ujarnya lagi.

Berdasarkan analisis BPTJ, terdapat potensi layanan angkutan umum di Jabodetabek sebanyak 7,9 juta orang.

"Namun, saat ini baru 7,3 juta (orang) yang ter-cover dengan angkutan umum. Di DKI Jakarta sudah lebih dari 65 persen, sementara di luar Jakarta baru 5 persen," kata Suharto.

Dari data tersebut, BPTJ mencatat bahwa kendaraan pribadi masih mendominasi, sehingga pada saat hari dan jam kerja jalanan di Jakarta menjadi padat. Konsekuensinya, yakni polusi dan emisi kendaraan bermotor di Jakarta menjadi tinggi.

BPTJ juga mencatat bahwa di Jabodetabek potensi bangkitan ada di pusat pemukiman, mulai dari pemukiman sederhana hingga mewah.

Adapun, prioritas saat ini untuk meningkatkan target moda share 60 persen di 029, yakni memprogramkan kembali ke angkutan umum dan shifting kendaraan pribadi pada pemukiman yang dianggap potensial.

Dalam kesempatan tersebut, para pengembang dan operator menyatakan ketertarikannya untuk bersama-sama menyediakan layanan JRC.

Onny Febriananto selaku operator Bus Alfaomega menyambut baik program tersebut. "Kami apresiasi kepada BPTJ, dengan adanya pertemuan seperti ini, kami optimis 117 pemukiman yang akan dikembangkan layanannya dapat memindahkan pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum massal," kata Onny.

Pada kesempatan sama, Marcus selaku pengembang pemukiman Lippo Cikarang juga mendukung rencana perluasan layanan JRC.

"Kami sangat support dengan program BPTJ ini dan hal tersebut inline dengan visi dan misi kami selaku pelaku pembangunan pemukiman. Ke depan kami berharap JRC, JAC (Jabodetabek Airport Connexion), dan Transjabodetabek dapat terus diperluas jangkauannya. Hal ini tentunya agar dapat memindahkan penghuni perumahan di area kami dari kendaraan pribadi ke angkutan umum," katanya lagi.
Baca juga: BPTJ target rute bus JR Connexion ditambah di 117 pemukiman Bodetabek
Baca juga: BPTJ gandeng Pemprov DKI Jakarta kembangkan JRC di sejumlah rute

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024