Jangan gampang mengatakan anak alergi hanya dengan kulit merah. Itu banyak sekali, multifaktor, bukan (hanya) karena makanan
Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Anak, dr I Gusti Ayu Nyoman Partiwi mengimbau para ibu untuk tidak mudah menyamakan alergi dan intoleransi pada anak, karena meskipun mirip, keduanya berbeda.

"Jangan gampang mengatakan anak alergi hanya dengan kulit merah. Itu banyak sekali, multifaktor, bukan (hanya) karena makanan. Tentu saja kalau kita mau membuktikan itu karena makanan atau tidak, itu tidak mudah," katanya dalam diskusi dalam memperingati Hari Gizi Nasional yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.

Tiwi mengemukakan kasus alergi pada anak yang banyak ditemukan adalah alergi terhadap susu sapi atau lactose intolerant. Menurutnya, bayi yang alergi terhadap susu sapi akan terlihat pada usia 0-6 bulan dan umumnya memiliki riwayat berdarah.

"Kalau kita kasih makan sesuatu, dia (anak) berdarah, nah itu kita bilang alergi. Tetapi kalau sekadar bintik-bintik itu harus membedakan antara alergi dengan intoleransi. Intoleransi artinya kalau kita pelan-pelan kasih, dia tidak alergi," ujarnya.

Baca juga: Dokter: Mencoba konsumsi zat pemicu alergi harus hati-hati

Baca juga: Dokter ingatkan anak dengan alergi lebih berisiko alami stunting


Untuk mengatasi hal tersebut, Tiwi mengimbau orang tua untuk tidak menghentikan pemberian makanan jenis tertentu kepada anak secara menyeluruh.

Ia menyarankan untuk menghentikannya selama dua hingga tiga minggu, kemudian memberikan makanan yang sama kepada anak.

Contohnya, ucap dia, pada kasus anak yang sensitif terhadap telur, biasanya ruam-ruam kemerahan muncul pada usia 6 sampai dengan 12 bulan.

"Artinya bukan terus-terusan dia tidak bisa, nanti umur 9 bulan dicoba, misalnya kuningnya dulu 2-3 hari sekali, kita coba lagi putihnya, itu dia tidak apa-apa. Jadi maksudnya bukan seumur hidup," ujarnya.

Menurut Tiwi, anak yang sensitif terhadap telur justru tidak boleh untuk dihentikan konsumsi telurnya, karena telur memiliki kandungan protein yang baik untuk pencegahan stunting.

"Kita lebih takut dengan anak yang stunting atau kurang gizi, daripada sekadar alergi. Jadi jangan buru-buru mengatakan alergi kalau dia cuma bintik-bintik merah, itu seringkali hanya intoleransi. Badannya belum kenal banget," tambahnya.

"Yang penting ya, alergen itu bukan sianida, bukan sesuatu yang mematikan. Jadi kita boleh coba, jadi jangan takut-takut," tuturnya.

Baca juga: Astrid Tiar ajak orang tua tak sepelekan alergi pada anak

Baca juga: Perlunya terapi untuk anak berkebutuhan khusus dengan alergi

Pewarta: Sean Muhamad
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024