Membawa harapan

Pertandingan melawan Jepang itu membawa harapan bahwa Indonesia bisa berbuat banyak tatkala menghadapi Australia dalam 16 besar.

Laga melawan Australia lusa malam itu juga merupakan pertemuan pertama Indonesia dan Australia dalam kurun 14 tahun terakhir setelah Merah Putih menyerah 0-1 dalam kualifikasi Piala Asia 2011 di Brisbane pada 3 Maret 2010.

Total, sejak 1967, Indonesia sudah 18 kali menghadapi Australia, tapi baru satu kali menang, sebaliknya menelan 14 kekalahan.

Satu-satunya kemenangan yang dipetik Indonesia dari Australia terjadi pada 30 Agustus 1981 dalam laga kedua kualifikasi Piala Dunia 1982 di Surabaya, manakala Herry Risdianto mencetak gol semata wayang dalam laga tersebut.

Kiprah Australia dalam Piala Asia sendiri baru dimulai pada 2007, atau setahun setelah mereka bergabung dengan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) pada 2006.

Australia juga mengikuti putaran final Piala Asia 2011, 2015, dan 2019. Dalam empat keikutsertaan terdahulunya itu, Australia selalu mencapai perempat final, bahkan dua kali masuk final pada 2011 dan 2015. Pada edisi 2015 kala menjadi tuan rumah itu, Australia menjuarai Piala Asia untuk pertama kalinya.

Socceroos lolos ke 16 besar Piala Asia 2023 setelah memuncaki Grup B usai mengalahkan India 2-0, menang 1-0 atas Suriah, dan ditahan seri 1-1 oleh Uzbekistan pada laga terakhir grup itu.

Baca juga: Australia petik kemenangan perdana di Piala Asia 2023

Mereka memasukkan 4 gol yang dua di antaranya diciptakan gelandang Jackson Irvine, dan kebobolan satu gol.

Data itu menunjukkan produktivitas gol Australia tak terlalu jauh dari Merah Putih yang sejauh ini sudah memasukkan tiga gol, namun kebobolan 6 gol.

Dengan ranking 25 dan nilai 1.539,22 poin, Australia adalah tim Asia berperingkat FIFA tertinggi keempat setelah Jepang, Iran dan Korea Selatan.

Tapi skuad mereka kalah gemerlap dari pada Jepang yang bertaburan pemain-pemain bintang yang bermain di liga-liga utama Eropa, termasuk Liga Premier Inggris, Liga Spanyol dan Bundesliga.

Mayoritas anggota skuad Australia juga memang bermain di luar negeri, tapi kebanyakan bukan liga utama.

Baca juga: Klasemen akhir Grup D, Australia wakil Asia pertama ke 16 besar

Kapten mereka, kiper Mathew Ryan yang bermain untuk AZ Alkmaar di liga Belanda, mungkin satu dari tiga pemain paling menonjol dalam skuad Australia.

Dua lainnya adalah gelandang Aiden O'Neill yang berkostum Standard Liege di Belgia, dan bek tengah Harry Souttar yang membela Leicester City di Inggris dan musim ini terdegradasi ke Liga Championship.

Australia memang kalah gemerlap dibandingkan dengan Jepang, tapi tetap tim yang kuat.

Namun demikian, laga melawan Jepang bisa mengimbuhkan kepercayaan diri yang besar kepada Merah Putih bahwa Jordi Amat dan tim bisa melangkah lebih jauh lagi.

Baca juga: Timnas butuh lebih banyak jam terbang untuk asah serangan

Australia yang rata-rata berpostur tinggi mungkin akan memanfaatkan betul kelebihan fisiknya, terutama bola-bola atas.

Indonesia bisa mengimbanginya dengan permainan umpan satu dua, yang mungkin masih akan mengandalkan serangan balik.

Menghadapi tim-tim yang di atas kertas lebih baik, mengandalkan teknik dan taktik saja tidak cukup. Bermain lepas, menikmati laga dan kompak, menjadi faktor yang bisa membuat hasil pertandingan berpihak kepada Indonesia.

Yang pasti, tak ada yang tak mungkin dalam sepak bola. Begitu juga dengan kemungkinan Indonesia mengakhiri paceklik kemenangan dari Australia, sehingga pendukung Merah Putih bisa melihat tim kesayangannya terus bermain lebih jauh dari babak 16 besar.

Baca juga: Asia kini tak ketinggalan dari yang lain

Copyright © ANTARA 2024