Kami juga mengimbau masyarakat untuk mengubur ternak yang mati dan tidak melakukan pembuangan bangkai ternak ke sungai, apalagi melakukan pemotongan untuk dibagi-bagi
Mamuju (ANTARA) - Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (TPHP) Sulawesi Barat bersama UPTD Laboratorium Keswan dan Kesmavet melakukan identifikasi terhadap kematian ternak babi di Desa Boda-boda Kabupaten Mamuju.

"Kami mendapat laporan adanya kematian ternak babi di Desa Boda-boda, Kecamatan Papalang, Kabupaten Mamuju sehingga kami langsung mengirim tim medik veteriner atau dokter hewan untuk melakukan identifikasi," kata Kepala Dinas TPHP Sulbar Syamsul Ma'arif, di Mamuju, Minggu.

Baca juga: Tim gabungan selidiki penyebab kematian sejumlah satwa liar di TNBNW

Berdasarkan laporan dari masyarakat, kata Syamsul Ma'arif, selama sepekan terakhir, terdapat lima ekor ternak babi mati dengan tanda, babi tidak mau makan, lemas, hipersalivasi atau banyak mengeluarkan air liur, gemetar, mata merah bahkan diare.

Setelah mendapat laporan itu, Dinas TPHP Sulbar segera merespon dengan tujuan untuk mengidentifikasi penyebab kematian dan faktor risiko yang berpengaruh pada penyebaran penyakit.

"Juga untuk mencegah penyebaran penyakit ke hewan ternak lainnya dan memberikan informasi kepada peternak langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan awal," jelas Syamsul Ma'arif.

Sementara, Kepala UPTD Laboratorium Keswan dan Kesmavet Dinas TPHP Sulbar Sahida mengatakan, melalui respon cepat itu diharapkan dapat mengidentifikasi penyebab kematian dan perencanaan tindakan penanggulangan.

Baca juga: Kematian babi piaraan dorong penyelidikan ASF di Thailand

"Identifikasi ancaman yang dapat terjadi baik bagi hewan manusia maupun bagi masyarakat. Hal ini juga untuk mendukung kesejahteraan hewan, dengan cara perbaikan kondisi peternakan dan manajemen peternakan untuk meningkatkan kesejahteraan hewan secara menyeluruh," terang Sahida.

Sedangkan, Tim Medik Veteriner Dinas TPHP Sulbar John menyampaikan, dari hasil investigasi, untuk sementara kasus yang menyerang babi di Desa Boda-Boda tersebut diduga ASF (African Swine Fever).

"Namun, untuk memastikannya kami bersama tim telah melakukan pengambilan sampel darah dan organ untuk dikirim ke Balai Besar Veteriner Maros Sulawesi Selatan untuk peneguhan diagnosa," terang John.

Selain investigasi, tim dokter hewan juga lanjutnya melakukan pengobatan terhadap ternak sakit berupa pemberian antibiotik dan vitamin serta memberikan desinfektan kepada masyarakat, untuk dilakukan penyemprotan di setiap kandang ternak.

"Kami juga mengimbau masyarakat untuk mengubur ternak yang mati dan tidak melakukan pembuangan bangkai ternak ke sungai, apalagi melakukan pemotongan untuk dibagi-bagi," jelas John.

Baca juga: Kematian babi di NTT akibat virus ASF capai 22.000-an

Pewarta: Amirullah
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2024