Jakarta (ANTARA News) - Peran dari madrasah saat ini sebagai lembaga pendidikan Islam formal tidak hanya harus menyejajarkan kualitas dengan pendidikan umum, tetapi harus bisa menyelaraskan modernitas dan nilai keislaman yang moderat.

Sebagai lembaga pendidikan Islam modern memiliki tanggung jawab menghadirkan siswa Muslim yang mampu menjawab perkembangan zaman, kata Kabalitbang Kemenag, Machasin, di Jakarta, Selasa.

Dalam konteks kekinian, madrasah harus menyetarakan kualitas pendidikan Islamnya dengan kualitas pendidikan global.

Untuk menjawab kebutuhan tersebut, Kementerian Agama (Kemenag) melalui Badan Penelitian, Pengembangan dan Pendidikan Pelatihan (Balitbang dan Diklat) menggelar sebuah Simposium Madrasah Internasional.

Menurut Kabalitbang Kemenag, Machasin, Simposium yang dibuka Wapres Boediono pada Selasa malam itu membahas pemberdayaan madrasah secara global.

Nilai Islam yang moderat dengan modernitas tersebut, diaplikasikan dalam metode pendidikan Islam yang menyelaraskan berdemokrasi tanpa menghilangkan nilai keislaman. Kemampuan menghadapi derasnya arus informasi dan globalisasi, dengan tetap berpegang pada dasar-dasar keislaman yang kuat.

Machasin menambahkan dari sinilah kualitas pendidikan di madrasah terlihat dari pendidikan umum biasa. Dan kualitas tersebut telah ditunjukkan madrasah-madrasah yang ada di Indonesia. "Secara kemampuan dan metodologi madrasah di Indonesia, sebagai lembaga formal pendidikan Islam lebih unggul dibanding negara luar," terangnya.

Karena, selain mengajarkan ilmu agama yang lebih mendalam. Hanya madrasah di Indonesia yang memberikan pendidikan ilmu umum seperti IPA, IPS dan Bahasa. Sedangkan di luar negeri, jelas Machasin, madrasah terpisah dengan sekolah umum secara kurikulum dan metode pembelajaran. "Kita masih terdepan di pendidikan madrasah," ia menegaskan.

Di Indonesia, jumlah madrasah cukup banyak namun komposisinya 90 persen madrasah swasta. Saat ini Kemenag telah membina MAN Insan Cendikia, sebagai contoh madrasah unggulan mengajarkan ilmu agama dan nilai keislaman yang moderat. Namun juga mengajarkan sikap toleransi, mendidik moral karakter, civic education, sains, dan teknologi dan lain sebagainya.

MAN Insan Cendikia ini, kata dia, merupakan model yang telah dikembangkan di beberapa daerah lain di seluruh Indonesia. Saat ini setidaknya sudah tiga MAN IC, yakni di Serpong, Gorontalo, dan Jambi. Dan tahun ini sudah ada 16 lokasi perluasan MAN Insan Cendikia di berbagai daerah.

"Dengan Simposium Madrasah Internasional ini, diharap mendapatkan model pengelolaan dan pemberdayaan madrasah secara internasional," ujar Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini.

Simposium akan dihadiri 130 peserta dan pembicara dari dalam dan luar negeri antara lain, Ahmad Mahmoud Karimah (Mesir), Ronald Lukens Bull (University of North Florida Amerika Serikat), Ali Unsal (Turki), Hasan Madmarn (Thailand).
(E001/Z002)

Pewarta: Edy Supriatna Sjafei
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013