‎"Kami selalu bangga dengan Indonesia, sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim, Indonesia ‎mampu mempertahankan nilai-nilai sekaligus menjadi pionir Islam di Asia. Ini adalah harapan kami, ‎bahwa untuk membangun sebuah negara, maka pertahanka
Jakarta (ANTARA) - Grand Syeikh Al-Azhar, Prof. Dr. Ahmad al-Tayyeb mengadakan "Gus Dur's Day 2024 - Humanity and Peace" di Al-Azhar Conference Center, Kairo, Mesir, pada Minggu (28/1) atas kiprah Presiden RI keempat tersebut dalam kemanusiaan dan perdamaian dunia.

Acara yang diinisiasi sebagai haul Gus Dur ke-14 ini juga dihadiri secara khusus oleh putri sulungnya Hj. Alissa Wahid yang menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas nama keluarga besar K.H. Abdurrahman Wahid kepada Al Tayyeb yang telah mendukung serta memfasilitasi penyelenggaraan haul tersebut.

"Saya bersyukur dan berterima kasih atas nama keluarga besar Gus Dur kepada Grand Syeikh Al-Azhar yang telah mendukung dan memfasilitasi penuh Gus Dur's Day 2024 - Humanity and Peace," ujar Alissa dalam rilis Al Azhar yang diterima Rabu.

Sementara itu Al-Tayyeb yang menyambut langsung Allisa turut memberikan selamat atas atas pencapaian Nahdlatul Ulama dalam ‎misi perdamaian dunia dan penghargaan yang akan dianugerahkan oleh Moslem Council of Elders di ‎Abu Dhabi Februari mendatang, berkat konsentrasi dan pergerakan Nahdlatul Ulama perihal ‎kemanusiaan, termasuk di dalamnya adalah pemberdayaan perempuan dan anak-anak.

Grand Syeikh ‎juga mengucapkan terima kasih kepada Alissa atas kiprah dan peranannya dalam ‎menyebarkan nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian.

Selain itu Al-Tayyeb menyebutkan ‎Gus Dur sebagai salah satu kader terbaik dan putra Al-Azhar. Bahkan beliau menyebut Allisa sebagai "bint al-Azhar" (Putri al-Azhar).

Keduanya juga membahas topik penting yang terkait dengan peran Al-Azhar al-Syarif dan Nadhlatul Ulama sebagai dua pilar keislaman di Timur Tengah dan Asia Tenggara serta langkah strategis kerja sama kedua pihak.

‎"Al-Azhar telah menyentuh warna keislaman di Indonesia, dengan memberikan banyak alumninya ‎seperti K.H. Abdurrahman Wahid, K.H. Ahmad Mustofa Bisri dan Prof. Dr. Quraish Shihab, sebagai para ‎pemimpin dan tokoh yang berpengaruh di Indonesia yang senantiasa menebarkan Islam moderat, ‎menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan menebarkan perdamaian," ujar Alissa.

‎“Kami sangat senang apabila bisa memperkuat kerja sama dengan Al-Azhar, tidak hanya di bidang ‎pendidikan, namun juga bidang keumatan." lanjut Alissa.

Allisa menyatakan ingin mengembangkan bidang perempuan di kancah internasional dengan bekerja sama dengan Moslem Council of Elders, serta mengangkat para tokoh ulama perempuan Indonesia.

‎"Kami selalu bangga dengan Indonesia, sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim, Indonesia ‎mampu mempertahankan nilai-nilai sekaligus menjadi pionir Islam di Asia. Ini adalah harapan kami, ‎bahwa untuk membangun sebuah negara, maka pertahankanlah nilai-nilai keislaman," ujar Grand ‎Syekh.

Pertemuan tersebut turut dihadiri oleh Prof. Dr. Abdurrahman Al-Duwaeni (Wakil Grand Syeikh), Prof. ‎Dr. Salamah Dawood (Rektor Universitas Al Azhar), Dr. Nahla el-Saidi (Penasihat Grand Syeikh), Dr. ‎Sahar Nasr (Penasihat Grand Syeikh, Direktur Zakat and Charity House, Mantan Menteri Investasi dan ‎Kerja sama Internasional Mesir).

Nadhlatul Ulama dan Al-Azhar al-Syarif telah mencanangkan beberapa kerja sama, dan diantaranya yang sudah terealisasi adalah bidang kemanusiaan antara LAZISNU dengan badan zakat Al-Azhar (Zakat and Charity House) untuk program kemanusiaan di Gaza yang telah memberi donasi sebesar US$170 ribu (sekitar Rp2,7 milyar).

Baca juga: Megawati terima penghargaan dari Majelis Hukama Al Muslimin
Baca juga: Majelis Hukama apresiasi Jokowi yang mendorong perdamaian di ASEAN

Pewarta: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2024