Pacitan (ANTARA News) - Seratusan lebih warga di sekitar Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur beramai-ramai berburu batu Kalsedon, jenis batuan mulia untuk perhiasan yang memiliki nilai jual tinggi.

Wartawan Antara di Pacitan, Kamis, melaporkan aktivitas perburuan batu Kalsedon mulanya melanda warga Dusun Krajan, Desa Gendaran, Kecamatan Donorojo.

Informasi yang berkembang, kegemparan dipicu penemuan batu berwarna kuning bening tersebut oleh salah seorang petani bernama Misgiyanto, di ladang miliknya yang berlokasi di Dusun Krajan.

"Batu Kalsedon seukuran kepalan tangan itu kemudian dipotong menjadi lima bagian dan dijadikan akik. Saat dijual, harganya mencapai Rp2,5 juta," tutur Rusman, salah seorang pemburu batu Kalsedon lainnya.

Harapan warga semakin membuncah setelah mengetahui Misgiyanto kembali menemukan batuan serupa dengan bobot sekitar tiga kilogram dan memiliki nilai jual hingga Rp3,5 juta.

"Sejak itulah warga berbondong-bondong mencari peruntungan serupa," ujar Suwito, warga setempat.

Seperti yang lainnya, Suwito dan Rusman juga berupaya mencari batu tersebut.

Dengan penuh semangat keduanya terus menggali sembari mengarahkan rekannya yang bertugas menggali tanah di sisi ladang berbeda.

Tak hanya siang hari, upaya mencari batu tersebut juga dilakukan warga hingga malam hari.

Bahkan dalam semalam pernah ada sekitar 100-an orang yang menggali di lahan seluas sekitar 250 meter persegi tersebut.

Namun tidak semua memiliki peruntungan laiknya Misgiyanto. Tak jarang mereka bekerja siang-malam namun tak kunjung menemukan batu bahan baku akik tersebut.

Sebagian besar pemburu batu Kalsedon yang masih bertahan sejak melakukan aktivitas penggalian pada pertengahan bulan puasa silam, lantas membentuk kelompok-kelompok.

Setiap kelompok terdiri dari lima sampai delapan orang anggota. Mereka bertugas secara bergilir.

Selain bergantian menggali, sebagian dari mereka mencari posisi batu yang dicurigai jenis kalsedon.

Caranya, yakni dengan menggunakan besi panjang dan menusuk-nusukkannya ke dalam tanah. Jika dirasakan mengenai benda keras, warga mulai menggali.

Hanya saja upaya warga itu tak semulus yang diharapkan, karena ada salah satu pemilik lahan yang tak mengizinkan lahannya dijadikan lokasi pencarian batu.

Tidak semua pemilik lahan keberatan. Ada beberapa yang tetap memberi izin, dengan syarat tanah bekas galian dikembalikan lagi seperti sebelumnya.

(KR-SAS/I007)

Pewarta: Slamet AS
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013