Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia menyatakan kondisi perbankan dalam negeri sekarang ini jauh lebih sehat dibanding pada 1997/1998, dan lebih tahan terhadap gejolak ekonomi yang disebabkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal.

"Jangan bandingkan sama tahun 1997/1998, di tahun itu perbankannya lemah," kata Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo saat ditemui di Kompleks Perkantoran BI di Jakarta, Jumat.

Agus menjelaskan, pengelolaan perbankan pada 1997/1998 tidak menjunjung tata kelola perbankan yang baik, di mana kualitas kredit buruk, pemegang saham bermain dengan nasabah dan manajemen, dan lain sebagainya, namun kondisi tersebut tidak lagi terjadi pada perbankan saat ini.

"Malah perbankan kita dihormati di dunia karena tingkat kesehatannya, tingkat kecukupan modalnya (CAR), tingkat kredit bermasalah (NPL) yang rendah dan likuiditasnya terjaga," tutur Agus.

Per Juni 2013, rasio kecukupan modal perbankan di Tanah Air masih tinggi yakni sebesar 18 persen dan berada jauh di atas ketentuan minimum 8 persen, serta rasio kredit bermasalah rendah sebesar 1,9 persen.

Kondisi likuiditas perbankan secara keseluruhan juga masih tejaga, meskipun Loan-to-Deposit Ratio (LDR) relatif tinggi yaitu 87,2 persen pada Juni 2013. Sementara kredit melambat dari 21 persen pada Mei 2013 menjadi 20,6 persen (yoy) pada Juni 2013, sejalan dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi.

"Kita di Indonesia sejak 1997/1998 ada krisis dan krisis dimulai dengan krisis perbankan, krisis ekonomi dan akhirnya krisis sosial. Itu kita betul-betul melakukan perbaikan di situ," ujar Agus.

Agus menambahkan, pihaknya juga melakukan `stress testing` untuk meyakinkan perbankan tetap jika nilai tukar berubah ataupun terjadi peningkatan suku bunga acuan (BI rate).

"Sekarang itu aturan-aturan tentang `governance`  tentang penerapan perbankan dengan menjunjung tinggi azas kehati-hatian itu yang kita terapkan. Dan proses ini adalah suatu proses yang panjang kita perbaiki sehingga kita sekarang punya kondisi seperti ini," ujar Agus.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013