Jakarta, 8/9 (ANTARA) - Indonesia merupakan produsen South Sea Pearl atau mutiara laut selatan terbesar di dunia dengan memasok 43% kebutuhan dunia. Nilai perdagangan Indonesia menempati urutan ke-9 dunia dengan nilai ekspor sebesar US$ 29.4 juta atau 2,07% dari total nilai ekspor mutiara di dunia yang mencapai US$1.4 miliar. Nilai perdagangan Indonesia masih di bawah Hongkong, China, Jepang, Australia, Tahiti, USA, Swiss dan Inggris.Sedangkan negara tujuan ekspor mutiara Indonesia adalah Jepang, Hongkong, Australia, Korea Selatan, Thailand, Swiss, India, Selandia Baru dan Perancis. Demikian dijelaskan Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Sharif C. Sutardjo, pada acara Pre Launching program Indonesian South Sea Pearls Book, di Nusa Dua, Bali, Sabtu (7/9). Sharif menegaskan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) optimis dapat meningkatkan nilai ekspor mutiara, mengingat Indonesia memiliki dan menguasai faktor-faktor pendukung, seperti areal budidaya, tenaga kerja, peralatan pendukung dan teknologi. Untuk merealisasikan target tersebut, KKP telah melakukan 6 (enam) dukungan. Pertama, pembangunan Broodstock Center kekerangan di Karang Asem, Bali. Kedua, membentuk Direktorat Pengembangan Produk Nonkonsumsi di bawah Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) KKP. Ketiga, membentuk Sub Komisi Mutiara Indonesia pada Komisi Hasil Perikanan di bawah koordinasi Ditjen P2HP. Keempat, mendorong terbitnya Standar Nasional Indonesia (SNI) mutiara yang sekarang telah terbit (SNI 4989:2011). Terbitnya SNI mutiara (SNI 4989:2011). Kelima, KKP bekerjasama dengan ASBUMI setiap tahun menyelenggarakan Indonesia Pearls Festival sebagai salah satu media meningkatkan kualitas, kuantitas, serta pemasaran mutiara di pasar domestik maupun internasional. “Untuk melindungi produsen mutiara Indonesia, KKP telah mengeluarkan Peraturan Menteri KP No. 8 tahun 2013 tentang Pengendalian Mutu Mutiara yang Masuk ke Dalam Wilayah Negara RI,” jelasnya. Indonesia merupakan penghasil mutiara South Sea Pearl (SSP) yang berasal dari kerang Pinctada maxima baik dari alam maupun hasil budidaya. Sentra pengembangan Pinctada maxima di Indonesia tersebar di beberapa daerah yaitu Lampung, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara dan Papua Barat. “SSP Indonesia memiliki keunikan, berupa warna maupun kilaunya yang mempesona dan abadi sepanjang masa, sehingga sangat digemari di pasar internasional, dan biasanya diperdagangkan dalam bentuk loose dan jewelery,” jelas Sharif. Mutiara, kata Sharif merupakan salah satu komoditas unggulan dari sektor kelautan dan perikanan yang bernilai ekonomis tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha, Tercatat, dari peningkatan permintaan mutiara dan harganya terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Untuk itu, sebagai upaya meningkatkan daya saing mutiara Indonesia dan meningkatkan kinerja pemasaran mutiara Indonesia, KKP menyambut baik terbitnya buku Indonesian South Sea Pearl dalam rangka penguatan branding South Sea Pearls Indonesia di pasar domestik dan internasional. Buku ini juga sebagai upaya meningkatkan daya saing mutiara Indonesia dan meningkatkan kinerja pemasaran mutiara Indonesia. “Pada kesempatan ini KKP menyampaikan apresiasi dan selamat kepada penulis buku Indonesian South Sea Pearls Ibu Ingrid Mutiara Sutardjo dan Ibu Nunik Anurningsih dalam rangka mempromosikan South Sea Pearls kepada dunia,” tutupnya. Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Anang Noegroho, Plt. Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan (HP. 0811806244)

Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2013