Kota Gaza (ANTARA News) - Serangan udara Israel menewaskan empat orang Palestina, termasuk seorang pejuang, di Jalur Gaza, Sabtu, saat tentara bergerak mendekati satu kamp pengungsi sebagai bagian dari serangan terhadap pejuang Palestina, kata beberapa sumber medis dan saksi mata. Sumber medis menyatakan satu rudal yang ditembakkan oleh satu pesawat Israel menghantam bagian depan satu rumah di kota kecil Rafah, menewaskan dua orang dan melukai beberapa orang dari satu keluarga, yang telah menghindari tembakan Israel yang meningkat, kata beberapa saksi mata. Orang ketiga yang cedera dalam serangan udara meninggal beberapa jam kemudian, kata sumber medis. Dua anak juga termasuk di antara korban cedera. Jurubicara Angkatan Darat Israel mengatakan serangan tunggal telah dilancarkan di Jalur Gaza waktunya berdekatan dengan serangan yang terjadi sekitar dua kilometer dari Rafah. Dua kelompok pejuang Palestina dijadikan sasaran. Pasukan Israel menyerbu ke daerah Rafah, Kamis, untuk menghancurkan apa yang disebut oleh Angkatan Darat sebagai "prasarana teroris" sebagai bagian dari serangan yang lebih besar terhadap pejuang Palestina, yang dilancarkan setelah beberapa pria bersenjata menangkap seorang prajurit Israel dalam serangan lintas-perbatasan pada 25 Juni. Beberapa saksi mata Palestina mengatakan beberapa menit sebelum serangan, tank Israel bergerak lebih dekat ke kamp pengungsi Rafah dan tentara telah mengambil-alih pos keamanan Palestina di dekatnya dan melepaskan tembakan di daerah tersebut. Serangan Israel di Jalur Gaza telah menewaskan sedikitnya 166 orang Palestina, lebih separuh dari mereka warga sipil. Israel menewaskan tiga orang Palestina di Jalur Gaza, Jumat, saat negara Zionis tersebut melancarkan serangkaian serangan udara terhadap sasaran pejuang sehingga melukai empat orang lagi, kata saksi mata dan sumber medis. Tentara Israel di daerah Rafah sudah menguasai wilayah seluas 3-5 kilometer persegi, melancarkan penggeledahan dari rumah-ke-rumah dan menghancurkan lahan pertanian dan peternakan ayam, demikian Reuters.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006