Ketika berusaha memindahkan truk yang sudah rusak itu dari tempat parkir, kotak-kotak TNT berjatuhan dari kerangka kendaraan,"
Kolombo (ANTARA News) - Polisi di Sri Lanka menemukan 100 kilogram bom TNT di sebuah truk yang ditahan di kantor polisi Kolombo selama 17 tahun, kata sejumlah pejabat, Jumat.

Kendaraan itu ditahan pada Februari 1996 selama perang saudara di negara itu, kurang dari dua pekan setelah sebuah bom truk menghantam kantor Bank Sentral di Kolombo, yang menewaskan 91 orang dan melukai 1.200 lain.

Pada saat penahanan, tim penjinak bom menemukan enam kotak peledak di tanki bahan bakar truk itu, namun baru hari ini bom TNT tersebut diketahui keberadaannya.

"Ketika berusaha memindahkan truk yang sudah rusak itu dari tempat parkir, kotak-kotak TNT berjatuhan dari kerangka kendaraan," kata polisi dalam sebuah pernyataan.

Menurut pernyataan itu, bom-bom itu tidak diketahui oleh tim penjinak bom angkatan darat.

Separatis Macan Tamil melancarkan serangan-serangan bom bunuh diri untuk menyebarkan ketakutan di ibu kota Sri Lanka, Kolombo, dan kota-kota lain sebelum dikalahkan pada 2009.

Pasukan Sri Lanka meluncurkan ofensif besar-besaran untuk menumpas kelompok pemberontak Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) pada 2009 yang mengakhiri perang etnik hampir empat dasawarsa di negara tersebut.

Namun, kemenangan pasukan Sri Lanka atas LTTE menyulut tuduhan-tuduhan luas mengenai pelanggaran hak asasi manusia.

Pada September 2011, Amnesti Internasional yang berkantor di London mengutip keterangan saksi mata dan pekerja bantuan yang mengatakan, sedikitnya 10.000 orang sipil tewas dalam tahap final ofensif militer terhadap gerilyawan Macan Tamil pada Mei 2009.

Pada April 2011, laporan panel yang dibentuk Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon mencatat tuduhan-tuduhan kejahatan perang yang dilakukan kedua pihak.

Sri Lanka mengecam laporan komisi PBB itu sebagai "tidak masuk akal" dan mengatakan, laporan itu berat sebelah dan bergantung pada bukti subyektif dari sumber tanpa nama.

Sri Lanka menolak seruan internasional bagi penyelidikan kejahatan perang dan menekankan bahwa tidak ada warga sipil yang menjadi sasaran pasukan pemerintah. Namun, kelompok-kelompok HAM menyatakan, lebih dari 40.000 warga sipil mungkin tewas akibat aksi kedua pihak yang berperang.

PBB memperkirakan, lebih dari 100.000 orang tewas dalam konflik separatis Tamil setelah pemberontak Macan Tamil muncul pada 1972.

Sekitar 15.000 pemberontak Tamil memerangi pemerintah Sri Lanka dalam konflik etnik itu dalam upaya mendirikan sebuah negara Tamil merdeka.

Masyarakat Tamil mencapai sekitar 18 persen dari penduduk Sri Lanka yang berjumlah 19,2 juta orang dan mereka terpusat di provinsi-provinsi utara dan timur yang dikuasai pemberontak. Mayoritas penduduk Sri Lanka adalah warga Sinhala, demikian AFP.

(M014)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013