Jakarta (ANTARA) - Suasana meriah untuk menyambut Tahun Naga dalam Tahun Baru Imlek menyelimuti berbagai penjuru Jakarta.

Karakter Mandarin "Fu" (atau kebahagiaan), deretan kuplet, dan lampion merah menghiasi setiap sudut daerah Pecinan di Jakarta.

Dekorasi naga meliuk-liuk di atas bangunan-bangunan terkenal di pusat kota. Papan iklan bertuliskan "Gong Xi Fa Cai" (Semoga Anda sejahtera) dan lagu Selamat Tahun Baru Imlek bergema di pusat-pusat perbelanjaan, menyebarkan sukacita dan kegembiraan.

Di Indonesia, hari libur nasional juga dikenal dengan istilah "tanggal merah", dan Festival Musim Semi adalah hari "paling merah" di antara lebih dari 10 "tanggal merah" sepanjang tahun di Indonesia.

Di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan, perhatian Fitriani tertuju pada dekorasi Tahun Naga yang menghiasi atrium mal tersebut.

Sejenak dia menghentikan langkahnya, dan memusatkan pandangannya pada deretan 12 papan di sepanjang atrium, masing-masing menampilkan salah satu dari 12 zodiak China (shio).

"Liburan adalah waktunya bersantai. Selama liburan Tahun Baru Imlek, bersantap di luar bersama keluarga dan teman-teman, serta menonton pertunjukan tari naga di pusat perbelanjaan tentunya menjadi kegiatan yang sangat cocok untuk merayakannya," kata Fitriani.
 
   Di peron Stasiun Halim Jalur Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) di pinggiran timur Jakarta, Guo Ruitao dan rekan-rekan kerjanya dari Indonesia memandu para penumpang untuk menaiki kereta cepat.   Guo juga akan merasakan pengalaman "arus perjalanan Festival Musim Semi" yang berbeda di jalur KCJB, proyek unggulan kerja sama antara China-Indonesia yang menyelaraskan Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra China dengan strategi Poros Maritim Dunia Indonesia.


Pada Juli tahun lalu, Guo bergabung dengan tim Konsorsium Operasi dan Pemeliharaan KCJB dari China Railway Beijing Bureau sebagai ahli transportasi penumpang.

Meski terkendala bahasa, sifat hangat dan bertanggung jawab rekan-rekannya yang berasal dari Indonesia membuat Guo nyaman bekerja di negeri orang.

"Festival Musim Semi akan segera tiba. Belum lama ini, setiap kali saya bertemu dengan rekan-rekan Indonesia, mereka semua menyapa saya dengan ucapan 'Selamat Tahun Baru Imlek' dan 'Selamat Festival Musim Semi' dalam bahasa Mandarin, Indonesia, atau Inggris," katanya.

Deretan lampion merah sudah digantung di stasiun dan area asrama yang ia tempati. "Perusahaan kami juga mengadakan pesta makan malam, serta kegiatan budaya dan olahraga untuk mempersiapkan kami menyambut Tahun Baru Imlek yang meriah," ujarnya.
 
   Guo juga akan merasakan pengalaman "arus perjalanan Festival Musim Semi" yang berbeda di jalur KCJB, proyek unggulan kerja sama antara China-Indonesia yang menyelaraskan Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra China dengan strategi Poros Maritim Dunia Indonesia. Di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Denpasar, Bali, Lin mendapati dirinya berada di tengah-tengah deretan produk khas Indonesia yang memikat, dan sempat kewalahan dengan begitu banyaknya pilihan.


"Meskipun bahasa dan budaya kita berbeda, namun keinginan masyarakat untuk merasakan perjalanan yang nyaman dan harapan mereka untuk berkumpul dengan keluarga itu sama," kata Guo.

Diane, seorang warga Indonesia keturunan Tionghoa yang tinggal di Bandung dan bekerja di Padalarang, kini dapat menggunakan kereta cepat untuk bepergian.

Departemen Proyek KCJB di bawah Biro Elektrifikasi Perkeretaapian China, tempat Diane bekerja, memiliki kantor di dekat Stasiun Padalarang KCJB.

"Kereta cepat adalah cara yang nyaman dan lebih cepat untuk bepergian, memungkinkan saya menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga selama Festival Musim Semi, liburan, dan akhir pekan," tutur Diane.

Di resor wisata Indonesia Bali, seorang wisatawan bermarga Lin yang berasal dari Provinsi Guangdong, China selatan, bersiap menaiki pesawat untuk pulang ke negaranya usai menikmati liburan sebelum Festival Musim Semi.
 
   Di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Denpasar, Bali, Lin mendapati dirinya berada di tengah-tengah deretan produk khas Indonesia yang memikat, dan sempat kewalahan dengan begitu banyaknya pilihan.   "Banyak toko di Bali memiliki papan penunjuk berbahasa Mandarin, dan staf hotel serta pelayan toko dapat berbicara beberapa kata sederhana dalam bahasa Mandarin. Setiap kali saya menjemput wisatawan China, saya menyapa mereka dalam bahasa Mandarin," kata pengemudi tersebut.


"Kopi Luwak, minyak perawatan rambut, batik sutra ... semuanya sangat bagus. Setiap kali saya bepergian, saya harus membawa oleh-oleh untuk dibagikan kepada kerabat dan teman saya," kata Lin, "Namun, setelah memasuki toko bebas bea, sulit sekali untuk memilih. Terlalu banyak barang yang bagus."

Lily, seorang pengemudi taksi daring di Bali, menyebutkan bahwa industri pariwisata lokal telah pulih setelah pandemi COVID-19 dan kini dia menjemput semakin banyak wisatawan China.

"Apalagi saat Festival Musim Semi dan hari libur, jumlah wisatawan China lebih banyak dari biasanya," ungkap Lily.
 
   "Banyak toko di Bali memiliki papan penunjuk berbahasa Mandarin, dan staf hotel serta pelayan toko dapat berbicara beberapa kata sederhana dalam bahasa Mandarin. Setiap kali saya menjemput wisatawan China, saya menyapa mereka dalam bahasa Mandarin," kata pengemudi tersebut


"Tahun lalu, target kami adalah menerima 361.000 wisatawan China, namun jumlah sebenarnya mencapai 707.000 orang. Pada 2024, kami akan meningkatkan target menjadi 1 juta hingga 1,5 juta wisatawan China," kata Direktur Pemasaran Pariwisata Regional Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Republik Indonesia Wisnu Sindhutrisno di Bali baru-baru ini.

Pada 22 Desember 2023, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-78 dengan suara bulat setuju untuk mendeklarasikan Festival Musim Semi, yang lebih dikenal sebagai Tahun Baru Imlek, sebagai hari libur PBB. 


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2024