Pamekasan (ANTARA News) - Kepala Humas SKK Migas Elan Biantoro menyebut kasus pengeboran lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, hanya satu dari 55 ribu sumur gas yang dibor di Indonesia yang mengalami bencana.

"Jadi kasus Lapindo itu hanyalah kecelakaan saja," kata Elan Biantoro saat menjadi pembicara dalam satu seminar di salah satu hotel di Pamekasan, Senin.

Dengan demikian, Elan menilai kasus pengeboran migas oleh Lapindo di Porong itu tidak bisa disamakan dengan daerah lain, termasuk di Madura.

Fakta di lapangan selama ini, kata dia, masyarakat cenderung trauma dengan kejadian di Porong sehingga setiap ada rencana ekplorasi migas, masyarakat sering menolak atas alasan khawatir akan terjadi seperti di Porong.

Elan menjelaskan, Indonesia saat ini kekurangan persediaan miyak, kendati negeri ini kaya potensi minyak namun belum dikelola secara optimal, termasuk potensi migas di Pulau Madura.

"Kalau migas ini tidak bisa dikelola secara optimal, maka kami yakin, bangsa ini  akan selalu kekurangan persediaan migas," ucapnya.

Indonesia, kata Elan, pernah surplus persediaan migas mulai tahun 1977 hingga 1996 ketika produksi migas Indonesia mencapai 1,7 juta barel per hari.

Saat itu, kata dia, negara mampu membantu rakyat membayar subsidi. Namun kemudian seiring perkembangan kebutuhan komsumsi migas, maka produksi migas berkurang, sedangkan ekplorasi kurang digalakkan, apalagi muncul penolakan dari masyarakat.

Pewarta: Abd Aziz
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013