Tokyo (ANTARA) - Jepang mencermati pernyataan saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, yang mengindikasikan kunjungan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida ke Pyongyang mungkin terjadi, kata juru bicara pemerintah Jepang, Jumat.

Pada konferensi pers, Kepala Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi menolak untuk menguraikan pernyataannya yang dimuat oleh media pemerintah Korea Utara, dengan alasan kemungkinan dampak negatif pada negosiasi mengenai penculikan warga negara Jepang di masa lalu oleh Pyongyang.

Dalam pernyataannya, Kim Yo Jong mengatakan kunjungan itu bisa terjadi jika Tokyo tidak menjadikan masalah penculikan sebagai hambatan antara kedua negara, dan menggambarkannya sebagai hal yang “sudah diselesaikan.”

Hayashi mengatakan Jepang akan terus berusaha menyelesaikan isu tersebut dengan Korea Utara.

Hayashi, yang juga menjabat sebagai menteri yang bertanggung jawab atas masalah penculikan, mengatakan pernyataan adik perempuan Kim Jong Un mengenai penculikan itu "sama sekali tidak dapat diterima."

Iamenambahkan bahwa Jepang juga akan terus melakukan upaya untuk menyelesaikan masalah lain yang melibatkan Korea Utara, seperti program pengembangan nuklir dan rudalnya.

Pada Mei 2023, Kishida tiba-tiba membuat komitmen untuk mengadakan perundingan tingkat tinggi antara Jepang dan Korea Utara, guna membuka jalan bagi pertemuan puncak lebih awal dengan Kim Jong Un, meskipun dia belum memberikan rincian tentang perundingan resmi seperti apa yang dia bayangkan.

Sementara itu, Korea Utara menggunakan retorika antagonis terhadap Jepang, menuntut Tokyo membayar kompensasi pasca-Perang Dunia II. Jepang menjajah Korea dari tahun 1910 hingga akhir perang pada 1945.

Namun Kim Jong Un mengirimkan pesan simpati kepada Kishida pada Januari atas gempa mematikan yang melanda Jepang tengah pada Hari Tahun Baru, menurut media pemerintah Korea Utara.

Hal itu terbilang jarang sekali bagi perdana menteri Jepang menerima pesan dari pemimpin Korea Utara.

Pada 2002, Junichiro Koizumi menjadi perdana menteri Jepang pertama yang melakukan perjalanan ke Pyongyang, yang menyebabkan kembalinya lima korban penculikan. Dia mengunjungi kembali Korea Utara pada 2004.

Jepang dan Korea Utara tidak memiliki hubungan diplomatik, tetapi Koizumi menandatangani Deklarasi Pyongyang yang bersejarah dengan mendiang pemimpin Kim Jong Il, ayah Kim Jong Un, pada 17 September 2002.

Baca juga: Adik Kim Jong-un sebut Korut buka hubungan lebih baik dengan Jepang
Baca juga: Korsel ingin perkuat kerja sama dengan AS-Jepang hadapi ancaman Korut

Sumber: Kyodo/OANA

Penerjemah: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024