Jakarta (ANTARA News) - Penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI rate) sebesar 50 basis poin dari 12,25 persen menjadi 11,75 persen harus segera direspon oleh perbankan dengan menurunkan suku bunga kreditnya sehingga mendorong sektor riil untuk cepat bergerak. "Penghargaan harus diberikan kepada BI atas penurunan ini. Dan ini sudah sesuai harapan pelaku perbankan dan sektor riil, meskipun sektor riil minta lebih besar lagi. Tidak ada alasan lagi bagi sektor riil mengeluh suku bunga masih tinggi," kata pengamat perbankan Ryan Kiryanto di Jakarta, Selasa. Dengan penurunan 50 basis poin ini, lanjutnya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) harus segera merespon dengan menurunkan suku bunganya sebesar 50 basis poin juga, sehingga perbankan juga harus menurunkan suku bunganya baik untuk simpanan dan kredit. "Perkiraan saya untuk suku bunga kredit baru penurunannya dimulai 1-3 bulan ke depan," katanya. Selain itu, penurunan ini harus diikuti pula dengan pencairan "undisbursed loan" dan percepatan pengajuan kredit baru (new loan originated/NLO) untuk pengembangkan usaha. Namun, katanya akan lebih baik lagi jika kendala atau hambatan di sektor riil di luar domain perbankan seperti "high cost economy activities", "law uncertainty", "poor infrastructure" juga dibereskan. Pemerintah, lanjutnya juga mencari jalan yang tepat untuk mengimplementasikan paket-paket kebijakan ekonomi, investasi dan keuangan yang sudah dikeluarkan untuk mendorong sektor riil. "Yang penting, turunnya BI rate tidak perlu dikhawatirkan akan memperlemah posisi nilai tukar rupiah karena faktor makroekonomi cukup kondusif dan Fed Fund rate diperkirakan tidak naik. Siapa tahu Fed Fund rate malah turun 25 basis poin," katanya. BI dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang dilakukan Selasa ini, memutuskan menurunkan suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) 50 basis poin, dari 12,25 persen menjadi 11,75 persen, setelah memperhatikan hasil evaluasi terhadap membaiknya stabilitas makro ekonomi Indonesia, berkurangnya faktor risiko eksternal, hasil-hasil berbagai survei dan prospek ekonomi moneter ke depan. Keputusan itu lanjutnya, juga tetap memperhatikan upaya pencapaian sasaran inflasi ke depan yaitu 8 persen plus minus 1 persen untuk 2006, dan 6 persen plus minus 1 persen, untuk tahun 2007.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006