...Jadi kami terpilih dari event itu, Alhamdulillah kami bisa membuka market dari skala lokal atau ekspor,
Penajam Paser Utara (ANTARA) - Salah satu UMKM binaan Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN), Kriya Inovasi Mandara (KIM) telah memperluas pasar (market) hingga menembus berbagai perusahaan berskala besar.

Kriya Inovasi Mandara merupakan koperasi, atau UMKM yang berfokus pada industri pengolahan sabut kelapa, mulai dari cocopeats, cocofiber, cocobristle, hingga cocomesh.

“Kami salah satu binaan OIKN dan satu kontribusi yang diberikan ke kami adalah kami terpilih ikut trade expo di ICE BSD Tangerang tahun lalu. Jadi kami terpilih dari event itu, Alhamdulillah kami bisa membuka market dari skala lokal atau ekspor,” kata Ketua Pengurus UMKM Kriya Inovasi Mandara Rusni Febriyanti di Penajam Paser Utara, Senin.

Baca juga: OIKN: Investor Timur Tengah ajukan minat investasi sektor EBT di IKN

Selain difasilitasi untuk membuka pasar yang lebih luas, menjadi mitra OIKN membuat Kriya Inovasi Mandara diberikan fasilitas berupa stan atau booth di rest area untuk dapat memajang produk-produk kerajinan hasil olahan sabut kelapa miliknya.

Rusni bercerita, dari hasil binaan, produk sandal olahan cocofiber berhasil terjuali untuk Hotel Balikpapan. Rusni sendiri telah berwirausaha mengolah sabut kelapa sejak 2016 secara mandiri. Kemudian pada 2020, ia membentuk koperasi Kriya Inovasi Mandara di Kelurahan Saloloang, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

Kriya Inovasi Mandara semakin berkembang hingga dapat mengolah sabut kelapa menjadi beberapa jenis. Yang pertama, sabut kelapa diolah menjadi cocopeats untuk dijual dalam bentuk serbuk. Cocopeats banyak dijual untuk dimanfaatkan sebagai media tanam karena berfungsi sebagai penahan air yang baik.

Cocopeats merupakan produknya yang paling banyak dibeli oleh perusahaan di bidang persemaian. Kriya Inovasi Mandara juga berinovasi dengan mengolah cocopeats menjadi pupuk organik.

Jenis olahan kedua yakni cocofiber yang digunakan untuk membuat kerajinan sabut kelapa seperti matras, sepatu, hingga tas.

Kemudian cocobristle yang merupakan sari kulit kelapa yang digunakan untuk pembuatan sapu lantai.

"Kami inovasikan cocofiber ini menjadi berbagai bentuk macam kerajinan. Bisa dilihat itu ada handbag, ada matras, ada sepatu, ada tas, ada tempat tisu. Jadi kerajinan kami sejauh ini sudah lebih dari 50 jenis kerajinan," jelasnya.

Selain itu, Kriya Inovasi Mandara juga megolah sabut kelapa menjadi cocomesh. Ini biasa digunakan untuk reklamasi lahan bekas tambang, fungsi utamanya untuk mengembalikan struktur lahan.

Baca juga: Menkop UKM harapkan kerajinan kulit Garut bisa bertaraf dunia

Saat ini, koperasi Kriya Inovasi Mandara telah memiliki 300 anggota. Rusni mengungkap,  UMKM tersebut dapat meraup omzet hingga mencapai Rp50 juta per bulan. Namun, rata-rata produksi per harinya tergantung dari jumlah pesanan yang diperoleh.

Rusni mengatakan, membentuk Kriya Inovasi Mandara karena potensi yang diberikan alam dari sabut kelapa harus dimanfaatkan dengan maksimal. Selain itu, ia juga menaruh perhatian pada aspek keberlanjutan lingkungan dengan mengolah limbah sabut kelapa yang biasanya tak terpakai.

Rusni juga bertekad untuk memberdayakan masyarakat sekitar untuk berkreasi memanfaatkan sabut kelapa guna mendapatkan penghasilan tambahan.

"Karena pabrik sabut yang kami kelola ini luar biasa bisa menyerap tenaga kerja, khususnya di koperasi kami yang sekarang anggotanya itu sudah mencapai 300 orang. Jadi tujuan saya bagaimana kita bisa mengembangkan tenaga kerja, bisa menyerap masyarakat. Apalagi khususnya anggota koperasi KIM di sini, secara berkesinambungan," ujarnya.

Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2024