Moskow (ANTARA) - Kelompok perlawanan Palestina Hamas bermaksud merebut kendali atas penjara Israel di Kota Ashkelon dalam serangan 7 Oktober untuk membebaskan ratusan warga Palestina yang ditahan di sana.

Hal itu dilaporkan oleh harian Asharq Al-Awsat yang mengutip sumber-sumber Palestina di Jalur Gaza.

Pembebasan tahanan Palestina dari penjara itu adalah salah satu tujuan utama serangan yang dilakukan sayap bersenjata Hamas, Brigade Al Qassam, kata sejumlah sumber kepada harian tersebut.

Mereka menambahkan bahwa rencana itu gagal dieksekusi akibat kesalahan pada peta. Akibatnya, para milisi Hamas malah masuk ke permukiman Israel Netiv HaAsara, bukan ke penjara, sebut laporan itu.

Pada 7 Oktober 2023, Hamas melancarkan serangan roket besar-besaran ke Israel dari Gaza dan menerobos perbatasan. Serangan itu menewaskan 1.200 orang dan Hamas menyandera 240 orang lainnya.

Israel lalu membalas dengan serangan habis-habisan, memblokade penuh Gaza, melancarkan serangan darat di dalam wilayah kantong Palestina itu untuk "menumpas pejuang Hamas dan membebaskan sandera".

Sedikitnya 29.000 orang telah tewas di Jalur Gaza, menurut otoritas setempat.

Pada 24 November, Qatar memediasi perundingan antara Israel dan Hamas untuk pertukaran tahanan dengan sandera dan gencatan senjata, yang memungkinkan bantuan kemanusiaan memasuki Gaza. Gencatan itu diperpanjang beberapa kali dan berakhir pada 1 Desember.

Lebih dari 100 orang diyakini masih disandera oleh Hamas di Gaza.

Sumber: Sputnik
Baca juga: Hamas hanya sepakati pertukaran tahanan dengan gencatan senjata penuh
Baca juga: Israel ancam serang Rafah pada Ramadhan jika sandera tidak dibebaskan
Baca juga: Hamas sebut genosida menjadi agenda utama rezim Zionis

 

Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024