Pekanbaru, (ANTARA) - Dharma Wanita Persatuan (DWP) Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Pekanbaru, Provinsi Riau menggelar sosialisasi penanggulangan pertama terhadap kekerasan seksual dan seksual menyimpang yang terjadi di lingkungan sekolah atau rumah tangga.

"Kejadian akhir-akhir ini membuat kita terperangah. Penyimpangan seksual ini memang terjadi," kata Ketua DWP Disdik Pekanbaru, Diana Kesumawaty Jamal, di Aula Gedung Tengku Maharatu, Rabu.

Penyimpangan seksual ini, menurut dia, membuat sedikit lelah. Apabila terjadi, maka perlu dibahas langkah-langkah yang harus diambil dan bagaimana koordinasinya terkait ciri-ciri anak yang menyimpang di sekolah.

Sesuatu yang memilukan bahwa penyimpangan seksual itu bahkan dilakukan oleh anak-anak kecil. "Hal ini sangat melelahkan dan menakutkan bagi kami. Kami khawatir juga dengan remaja saat ini," ujar Diana.

Ketua DWP Pekanbaru Haswinda Indra Pomi mengatakan salah satu yang harus dilakukan adalah, anggota DWP harus mengontrol anak saat bermain gawai. Jadikan anak sebagai teman dan jangan ditekan.

"Kita sebagai orang tua harus tahu anak yang terdampak kekerasan seksual. Jangan sampai berlanjut dan berakibat pada hal-hal yang tak diinginkan," katanya.

Baca juga: Peran orang tua penting dalam edukasi anak cegah LGBT

Baca juga: Perguruan tinggi berperan cegah perilaku menyimpang


"Penyimpangan seksual bukan hanya tanggung jawab seorang ibu tapi juga ayah. Anak harus diawasi menggunakan telepon seluler," tambah Haswinda.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat (DP3APM) Kota Pekanbaru Chairani berterima kasih kepada DWP Disdik yang telah menggelar sosialisasi ini. Dengan adanya sinergisitas diharapkan dapat mencegah penyimpangan seksual.

"Kami tak bisa bekerja sendiri tanpa dukungan seluruh elemen masyarakat dalam membuat pola asuh yang terbaik bagi anak di lingkungan sekolah," ucapnya.

Pihak sekolah dan paguyuban wali murid serta satuan pendidikan juga harus peduli terhadap perilaku anak. Anak yang terindikasi punya kecenderungan menyimpang harus cepat dilakukan pencegahan.

"Kami tak bisa menebak-nebak kapan terjadinya penyimpangan seksual. Kami harap penyimpangan seksual tak terjadi lagi di sekolah," harap Chairani.

Baca juga: Psikolog: Jangan labeli "crosshijabers" penyimpangan seksual

Baca juga: Cara benar pendidikan seksual kepada anak

Pewarta: Bayu Agustari Adha
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024