Dari jumlah penduduk di Indonesia mencapai 240 juta orang, keinginan warga berinvestasi baru sekitar satu juta. Di antaranya 400 ribu di pasar modal, 500 ribu di Reksadana, dan sisanya di ORI (obligasi negara ritail).
Denpasar (ANTARA News) - Minat masyarakat Indonesia untuk berinvestasi di pasar modal masih rendah dibanding dengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara, seperti Singapura dan Malaysia.

"Hal itu disebabkan masyarakat kurang mendapatkan pengetahuan, di samping juga mereka pernah menjadi korban penipuan dari lembaga investasi ilegal yang banyak beroperasi di daerah," kata Direktur Bursa Efek Indonesia Friderica Widyasari Dewi, pada pertemuan "Forum Calon Investasi" di Denpasar, Jumat.

Ia mengatakan dari jumlah penduduk di Indonesia mencapai 240 juta orang, keinginan warga berinvestasi baru sekitar satu juta. Di antaranya 400 ribu di pasar modal, 500 ribu di Reksadana, dan sisanya di ORI (obligasi negara ritail).

"Kalau dihitung dari jumlah penduduk memang masih kecil, hanya baru berkisar setengah persen dari jumlah tersebut. Karena itu kami akan terus melakukan sosialisasi ke daerah-daerah di Indonesia," katanya.

Friderica Dewi mengatakan masyarakat Indonesia hingga saat ini belum banyak mengetahui keuntungan jika melakukan investasi di lembaga resmi, seperti pasar modal dan Reksadana. Masyarakat punya uang, sebagian penghasilannya untuk disisihkan menabung di bank.

Padahal, kata dia, kalau bisa berinvestasi di salah satu lembaga tersebut akan mendapatkan keuntungan lebih dibanding hanya menabung di bank.

"Karena itu kami akan terus memberikan pemahaman dan pengertian melalui edukasi ke daerah-daerah terkait cara dan mekanisme berinvestasi yang benar. Memang kalau berinvestasi ada resiko pasang surut, tergantung dari penjualan saham di pasar modal," katanya.

Pewarta: I Komang Suparta
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013