Salah satu kesalahan Partai Islam adalah tidak mampu `memantain` tokohnya untuk terus menjadi sentral politik,"
Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik Ahmad Dzakirin mengatakan partai Islam seharusnya dapat mempertahankan ketokohan figur pemimpin, agar dapat mewujudkan wacana koalisi yang solid berdasarkan ideologi di dunia politik.

"Salah satu kesalahan Partai Islam adalah tidak mampu `memantain` tokohnya untuk terus menjadi sentral politik," kata Dzakirin dalam sebuah diskusi di Jakarta, Jumat.

Dengan keadaan seperti itu, kata Dzakirin, kini figur-figur muda dari partai Islam harus bergerak lebih aktif lagi dalam memulihkan kepercayaan masyarakat, dan tentunya partai tidak dapat sambil lalu dalam melakukan kaderisasi yang menyeluruh.

Menurut Dzakirin, partai Islam, pernah memiliki figur kuat yang dapat memobilisasi koalisi seperti tokoh Partai Kedaulatan Bangsa (PKB),almarhum Abdurrahman Wahid dan juga mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid.

Namun, ketokohan Hidayat Nur Wahid telah melewati masanya, dan kini terdapat kesempatan untuk figur-figur baru, kata Dzakirin yang telah merampungkan buku tentang Strategi AK Parti di Turki dalam memenangkan Pemilu.

Maka dari itu, Dzakirin berpendapat koalisi partai Islam untuk Pemilu 2014 sulit dan tidak relevan lagi karena iklim politik saat ini menunjukkan transformasi dengan prioritas kepentingan nasional.

"Kini bukan soal ideologi, atau koalisi, namun `common interest` dari partai-partai yang akan menyatukan mereka untuk melihat apa sebenarnya kebutuhan utama rakyat dari parpol," ujarnya.

Kebutuhan figur kuat mencuat dengan wacana pembentukkan koalisi partai Islam untuk membentuk kekuatan poros tengah jilid II. Beberapa pengamat menyatakan Mahfud MD merupakan sosok yang kuat untuk dapat menggalang kekuatan Poros Tengah II, karena kedekatannya dengan organisasi dan partai Islam.

(I029/M009)

Pewarta: Indra AP
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013