Melemahnya rupiah berimbas pada kenaikan harga berbagai material utama konstruksi lebih dari 21 persen...
Jakarta (ANTARA News) - Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN) meminta adanya dukungan kemudahan dari pemerintah sebagai dampak melemahnya rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat yang terjadi akhir-akhir ini.

"Melemahnya rupiah berimbas pada kenaikan harga berbagai material utama konstruksi lebih dari 21 persen," kata Kepala LPJKN, Tri Widjajanto, dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA, di Jakarta, Sabtu.

Menurut Tri Widjajanto, kenaikan harga tersebut tidak hanya terjadi pada material utama konstruksi tetapi juga berdampak kepada bidang lainnya yang terkait seperti transportasi pengangkutan material.

Ia mengemukakan, melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS dapat disebut sebagai "guncangan" ketiga yang terjadi sepanjang tahun 2013 setelah meningkatnya UMR dan kenaikan harga BBM bersubsidi.

"Kami masih bisa bertahan dengan kenaikan BBM dan UMR, tetapi ini ditambah pelemahan rupiah. Untuk itu pemerintah dapat memberlakukan penyesuaian harga terhadap seluruh jenis kontrak," harapnya.

Selain itu, LPKJN juga menginginkan adanya penundaan terhadap sejumlah proyek apabila penyesuaian harga tidak dapat diberikan. Pengusaha jasa kontstruksi juga mengharpakan kebijakan kemudahan pengadaan material konstruksi dan pengurangan pajak impor.

Ia mengingatkan bahwa sektor konstruksi biasanya hanya mengambil marjin keuntungan yang kecil tetapi berkontribusi kepada 12 persen PDB nasional serta menjadi lahan pekerjaan bagi sekitar 6 juta pekerja.

Sebagaimana diberitakan, Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Harry Azhar Azis, menilai pemerintah lamban menjalankan empat paket penyelamatan ekonomi hingga nilai tukar rupiah makin melemah.

"Bukti lambannya pemerintah adalah belum ditandatanganinya Peraturan Pemerintah tentang kenaikan tarif 150 persen impor untuk kendaraan mewah yang masuk dalam kategori PPnBM," kata Harry, di Batam, Jumat.

Selain itu pengurangan pajak ekspor sebesar 30 persen juga belum dirasakan manfaatnya oleh pengusaha. Padahal, menurut Harry, pengurangan pajak ekspor mampu memperkuat industri dalam negeri hingga memperkuat nilai rupiah.

Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013