“Melalui Desa B2SA, masyarakat dapat menerapkan pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman, sehingga dapat meningkatkan kualitas konsumsi pangan masyarakat,” ujar Rinna di Jakarta, Senin.
Program Desa B2SA terdiri dari tiga aspek yakni aspek ketersediaan (Teras Pangan B2SA), aspek keterjangkauan (Gerai Pangan B2SA) dan aspek pemanfaatan (Rumah Pangan B2SA). Teras Pangan B2SA menggambarkan aspek ketersediaan pangan, oleh sebab itu ada kegiatan memanfaatkan lahan baik lahan desa, sekolah, PKK, maupun lainnya untuk dapat memproduksi sayur-sayuran, umbi-umbian hingga sumber protein seperti unggas, ikan.
Sementara, Gerai Pangan B2SA merupakan kegiatan yang bertujuan mengoptimalkan peran BUMdes atau koperasi atau warung desa sebagai penyedia pangan B2SA serta sarana promosi dan edukasi pola konsumsi pangan B2SA.
Kemudian, Rumah Pangan merupakan tempat dilaksanakannya sosialisasi, promosi dan edukasi pola konsumsi pangan B2SA serta pemberian makanan diutamakan kepada minimal 40 orang penerima manfaat yang terdiri atas anak stunting, anak gizi kurang, anak gizi buruk, calon pengantin, ibu hamil, dan ibu menyusui.
“Berbagai kegiatan yang dilakukan di Rumah Pangan B2SA diantaranya menyusun menu makanan sesuai potensi pangan daerah setempat, mengolah atau memasak pangan untuk dibagikan ke penerima manfaat, membagikan makanan B2SA yang sudah dimasak kepada penerima manfaat. Juga melakukan edukasi dan sosialisasi konsumsi pangan B2SA, “ terang Rinna.
Rinna menambahkan bahwa sebenarnya konsep Desa B2SA bertujuan mempromosikan pola konsumsi beragam pada masyarakat, mengedukasi dan mengubah perilaku masyarakat. Dalam penerapan Desa B2SA, Bapanas bekerja sama dengan TP PKK, dinas terkait dan juga masyarakat. Pada 2023, Desa B2SA diselenggarakan di 75 desa di Tanah Air. Sementara pada 2024, Bapanas menargetkan sebanyak 175 desa yang akan menjadi desa sasaran B2SA.
Pewarta: Indriani
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2024
