Samarinda (ANTARA News) - Setelah turun 50 basis poin beberapa waktu lalu, diperkirakan dalam tahun ini Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) akan kembali turun. Hal itu dikatakan, Gubernur BI, Burhanuddin Abdullah, usai melantik Imam Supeno sebagai Pemimpin Bank Indonesia Samarinda menggantikan Probowo, di Samarinda, Kamis. Burhanuddin Abdullah menyatakan kemungkinan besar Suku Bunga SBI kembali turun pada buln-bulan ke depan tahun ini, apabila nilai inflasi bisa mencapai target 8 persen. "Apabila target inflasi terpenuhi sesuai permintaan pemerintah, yakni 8 persen, maka kita oftimistis suku bunga SBI bisa kembali turun," ujarnya. Selain inflasi, beberapa hal yang mempengaruhi penurunan BI rate, antara lain kondisi perekonomian tetap terjaga dengan menciptakan iklim investasi yang stabil sehingga kepercayaan investor dan dunia usaha terjaga. Diakuinya penurunan SBI dilakukan sangat hati-hati, karena selain dampak positif juga ada dampak negatifnya, terutama apabila kegiatan sektor riil belum mampu bergerak, meskipun suku bunga SBI hanya salah satu faktor pendorong. Selain itu, penurunan suku bunga SBI, juga berdampak pada pengalihan dana dalam negeri ke luar negeri, karena sejumlah bank asing cenderung menaikan bunga simpanan. "Ini merupakan dampak negatif penurunan suku bunga SBI, apabila tidak mampu menggerakan sektor riil, maka dana yang semua berupa rupiah menjadi dolar dan lari ke luar negeri," ujarnya. Namun, kata dia selain suku bunga SBI, berbagai faktor yang mempengaruhi pergerakan sektor riil, antara lain jaminan berusaha, kepastian hukum dan penciptaan iklim investasi yang stabil. Apabila semua faktor tersebut sudah terpenuhi dan diiringi dengan penurunan suku bunga SBI, maka dipastikan sektor riil akan bergerak cepat, sehingga BI selalu berhati-hati dalam penurunan suku bunga. Dengan penurunan tersebut, Abdullah yakin akan diikuti dengan menurunnya suku bunga perbankan nasional, karena pihak bank akan memiliki pilihan apakah akan menyimpan dananya ke SBI atau menyalurkannya dalam bentuk kredit. Bila resiko kredit mengecil, maka perbankan akan lebih memilih menyalurkan dananya dalam bentuk kredit dan dampaknya juga lebih baik untuk menggerakan roda perekonomian masyarakat.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006