MK merupakan hasil reformasi yang selama ini dinilai sebagai institusi bersih yang diharapkan bisa mengawal dan melaksanakan reformasi di Indonesia ternyata tidak bisa diandalkan
Denpasar (ANTARA News) - Ketua DPR RI Marzuki Alie menegaskan penangkapan terhadap Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merupakan sebuah "pukulan" bagi Indonesia yang sangat memalukan di dunia internasional.

"MK merupakan hasil reformasi yang selama ini dinilai sebagai institusi bersih yang diharapkan bisa mengawal dan melaksanakan reformasi di Indonesia ternyata juga tidak bisa diandalkan," katanya di Gedung PWI Bali di Denpasar, Jumat.

Akil Mochtar ditangkap KPK karena diduga menerima uang terkait sengketa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah.

Selesai tampil sebagai pembicara utama dalam dialog Indonesia yang Bermartabat dengan moderator Prof Dr Ibrahim, ia mengatakan segera akan melakukan terobosan sebagai upaya mencegah agar masyarakat Indonesia tidak marah.

"Terobosan itu segera akan saya lakukan," ujarnya di tengah kerumunan wartawan tanpa menjelaskan upaya yang akan dilakukan agar masyarakat luas tidak marah atas perilaku oknum pejabat negara tersebut.

Ketika ditanya apakah salah pilih dalam seleksi terhadap ketua MK Akil Mochtar, ia mengatakan, seleksi itu dilakukan oleh Komisi III DPR. Dalam seleksi itu sangat disayangkan tidak melalui proses "fit and proper tes"

Marzuki Alie di hadapan pemilih pemula yang memadati lantai II gedung PWI Bali itu menegaskan, seorang pejabat publik yang melakukan pelanggaran hukum bisa dikenakan sanksi dua kali lebih berat dibanding perbuatan yang dilakukan oleh masyarakat biasa.

Meskipun hal itu tidak diatur dalam undang-undang hal itu dapat dilakukan dengan memberikan hukuman yang seberat-beratnya kepada koruptor.

"Sudah banyak majelis hakim yang memutus perkara korupsi sudah menerapkan cara yang demikian itu, mudah-mudahan juga diterapkan untuk Akil Mochtar," ujarnya.

Pewarta: IK Sutika
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2013