Untuk tahun ini kita sudah mengusulkan anggaran kepada LPDP, nilai anggarannya mendekati Rp700 miliar
Jakarta (ANTARA) - Kepala Organisasi Riset Arkeologi Bahasa dan Sastra Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Herry Jogaswara mendorong mahasiswa untuk memanfaatkan fasilitas penelitian yang ada di BRIN dengan optimal.

"Teman-teman mahasiswa S1, S2, maupun S3 bisa memanfaatkan fasilitas yang ada di BRIN. BRIN itu ada untuk semua orang yang ingin melakukan riset dan inovasi, tidak hanya untuk peneliti BRIN," ujar Herry dalam diskusi yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.

Baca juga: BRIN ungkap ekosistem akuatik turut menyumbang emisi gas rumah kaca

Ia menjelaskan, untuk mahasiswa ada fasilitasi bernama bantuan riset manajemen talenta (barista) yang diberikan untuk mahasiswa semester akhir (7-8) di jenjang S1, dan semester 3-4 di jenjang S2 yang melakukan kegiatan riset bersama peneliti BRIN.

"Manfaatnya, uang kuliah pada semester akhir ditanggung oleh BRIN, syaratnya hanya satu, harus bekerja dengan peneliti BRIN untuk melakukan riset bersama-sama. Ini masih banyak yang tidak tahu, oleh karena itu mahasiswa manfaatkaanlah sebaik-baiknya," ujar dia.

Ia mengemukakan, BRIN juga memiliki program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) yang bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

"Kami tetap mendorong agar MBKM-nya berakhir dengan tugas akhir, jadi jangan tidak ada output tugas akhir. Nanti ada yang disebut dengan research assistant (RA), ada insentif untuk kegiatan risetnya, jadi ini juga mohon dimanfaatkan," tuturnya.

Ia menekankan, khusus untuk bidang sastra, utamanya sastra daerah, jumlah mahasiswanya tentu masih terbatas, sehingga ia berharap penelitian di bidang tersebut lebih banyak dilakukan.

Baca juga: BRIN: Konsep subak Bali merawat bumi bisa diterapkan di tempat lain

"Kita semua tahu, sastra daerah jumlahnya terbatas, berbeda dengan jurusan politik, ekonomi, atau IT, jadi mohon dimanfaatkan fasilitas yang ada, karena begitu anda terkoneksi dengan kegiatan BRIN, maka Anda juga terkoneksi dengan infrastruktur yang ada di BRIN," paparnya.

Sebelumnya, BRIN juga telah mengusulkan anggaran sebesar Rp699,4 miliar untuk pendanaan riset dan inovasi di tahun 2024. Anggaran tersebut berasal dari dana abadi Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dan APBN.

Adapun anggaran tersebut akan membiayai program Riset dan Inovasi Indonesia Maju (RIIM) Kompetisi Rp500 miliar,  RIIM Ekspedisi Rp137,5 miliar, RIIM Startup Rp24,9 miliar, RIIM Invitasi Rp30 miliar, RIIM kolaborasi Rp5 miliar, dan Pengujian Produk Inovasi Kesehatan Rp2 miliar.

Deputi Bidang Fasilitasi Riset dan Inovasi BRIN, Agus Haryono mengajak para peneliti baik dari lembaga riset perguruan tinggi maupun industri untuk mengajukan proposal penelitian. Hal ini karena skema pendanaan yang terbuka secara kompetitif.

"Untuk tahun ini kita sudah mengusulkan anggaran kepada LPDP, nilai anggarannya mendekati Rp700 miliar," kata Agus.

Ia menegaskan, BRIN memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai penyedia dukungan kebijakan untuk pemerintah dan lembaga, sebagai badan pelaksana, dan sebagai lembaga pendanaan. Ia menyampaikan bahwa terdapat perubahan dalam pola skema pendanaan tahun 2024.

Sebelumnya, penyampaian proposal harus mengikuti batas waktu yang ditetapkan, tetapi karena banyak proposal yang masuk pada saat-saat terakhir, BRIN mengubah kebijakan skema pendanaan riset dan inovasi tanpa batas waktu, yang diharapkan dapat mempercepat proses inovasi dan meningkatkan partisipasi peneliti di Indonesia.

"BRIN akan membuka skema pendanaan yang berlaku sepanjang tahun, sehingga memberikan kesempatan bagi peneliti untuk mengajukan proposal kapanpun mereka memiliki ide," ucapnya.

Baca juga: BRIN: Spesies air paling berisiko punah akibat perubahan iklim

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2024