Jika dulu produktivitas lahannya 5 ton per hektare maka nanti setelah optimalisasi produktivitas akan menjadi 10 ton per hektare....
Jakarta (ANTARA) - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengejar peningkatan produksi pangan dalam negeri, utamanya komoditas beras, salah satunya dengan mendorong percepatan optimalisasi lahan rawa di Sumatera Selatan (Sumsel).

“Jika dulu produktivitas lahannya 5 ton per hektare maka nanti setelah optimalisasi produktivitas akan menjadi 10 ton per hektare (di Sumatera Selatan),” kata Amran  saat melakukan kunjungan kerja di Desa Sumber Hidup, Kecamatan Muara Telang, Kabupaten Banyuasin, Sumsel), Jumat.

Melalui keterangan di Jakarta, Amran menyampaikan bahwa untuk tahun ini Provinsi Sumatera Selatan memiliki lahan kurang lebih 100 ribu hektare yang akan dijadikan pertanian modern.

Baca juga: Mentan tinjau pelaksanaan optimalisasi lahan di Banyuasin Sumsel

Dia menuturkan jika dilakukan optimalisasi lahan rawa tersebut maka selain peningkatan produksi juga dapat menekan biaya pertanian menjadi 60 persen atau minimal 50 persen karena menggunakan mekanisasi, semua menggunakan mekanisasi.

“Upaya ini dilakukan melalui peningkatan indeks pertanaman (IP) dengan menggunakan varietas unggul baru (VUB) padi yang adaptif, dipadukan dengan mekanisasi pertanian untuk rawa,” ujar Mentan.

Amran mengatakan bahwa salah satu sasaran utama optimalisasi lahan rawa yang dilakukan di Sumsel yakni meningkatkan indeks pertanaman yang masih rendah yakni dari 1 menjadi 3 kali dalam setahun sehingga ke depan ada tambahan produksi beras sebesar 1 hingga 2 juta ton khusus dari Provinsi Sumsel.

“Uni bisa menyelesaikan 30 persen persoalan negara terkait impor, hanya dari Sumatera Selatan saja, jadi lokasi yang sedang kita kembangkan di Sumsel ini akan menjadi salah satu daerah penyangga pangan nasional,”ucap Mentan.

Selain itu, dalam peningkatan produktivitas pangan, Mentan mengatakan bahwa sesuai arahan Presiden Joko Widodo pada rapat terbatas diputuskan bahwa kuantum pupuk subsidi tahun 2024 naik dari 4,7 juta ton menjadi 9,55 juta ton.

“Jadi petani tidak perlu khawatir untuk segera melakukan pertanaman. Karena pupuk sudah ditambah menjadi dua kali lipat. Dalam tiga bulan ke depan saya mengajak petani Sumsel segera tanam, benihnya akan kita berikan gratis namun jika setelah 3 bulan tapi tidak tanam maka kesempatan ini hangus,” kata Mentan.

Baca juga: Kementan garap 10 juta ha lahan rawa agar pertanian kembali normal

Penjabat (Pj) Gubernur Sumsel Agus Fatoni mengatakan Provinsi Sumatera Selatan memiliki lahan rawa seluas 3,36 juta hektare.

“Kegiatan yang dapat dilakukan di lahan rawa adalah pengembangan infrastruktur air dan lahan, mekanisasi pertanian pratanam dan pasca panen, serta penyediaan sarana produksi,” kata Agus.

Agus mengatakan peningkatan produksi pangan pada lahan rawa memang belom dilakukan secara optimal. Untuk itu program optimalisasi lahan rawa dari Kementerian Pertanian sangat membantu petani dalam meningkatkan produktifitas panen dan insya Allah meningkatkan kesejahteraan petani Sumsel.

“Pak Menteri tiga bulan awal ini kami akan optimalkan seratus ini. Lahan kita cukup luas dan kita siap garap lebih luas lagi lahan rawa yang ada . Terima kasih Pak Menteri sudah bekerja keras menjadikan Sumsel sebagai penyangga pangan nasional,” ucap Agus.

Baca juga: Kementan optimalkan lahan rawa tingkatkan produksi pertanian

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Kementerian Pertanian (PSP Kementan) Ali Jamil menyampaikan bahwa lahan sawah rawa di Sumatera Selatan seluas 340.486 hektare.

Ali menyebut pada 2024 kegiatan optimasi lahan rawa di Sumsel seluas 98.400 hektare dengan rincian di Kabupaten Banyuasin 22.000 hektar, Kabupaten Ogan Komering Ilir 65.000 hektar; Kabupaten OKU Timur 5.000 hektare; Kabupaten Ogan Ilir 4.000 hektare, dan Kabupaten Muara Enim 2.400 hektare.

“Dukungan kegiatan optimasi lahan rawa kita lakukan melalui penyusunan dokumen Survei Investigasi Desain (SID), pembangunan atau rehabilitasi infrastruktur air dan lahan, dan pengolahan tanah hingga tanam,” kata Jamil.

Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2024