Temuan ini berdasarkan laporan masyarakat dan hasil pemantauan langsung mantri kehewanan dalam sebulan terakhir ini
Sampang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sampang, Jawa Timur menemukan sebanyak 36 ekor sapi milik warga di wilayah itu terjangkit penyakit lumpy skin disease (LSD) yang tersebar di sejumlah kecamatan di wilayah itu.

"Temuan ini berdasarkan laporan masyarakat dan hasil pemantauan langsung mantri kehewanan dalam sebulan terakhir ini," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sampang Suyono di Sampang, Jawa Timur, Senin.

Baca juga: Pemkab Lumajang berikan vaksin LSD untuk lindungi hewan ternak

Ia menjelaskan, terkait temuan itu, pihaknya langsung menerjunkan tim melakukan vaksinasi ke kandang-kandang sapi milik warga tidak menular, serta mengajukan bantuan vaksin tambahan ke Pemprov Jatim.

Suyono menjelaskan, vaksin yang tersedia di Dinas Peternakan Kabupaten Sampang sangat terbatas, sehingga tidak bisa mencukupi kebutuhan vaksin sapi warga, terutama di desa yang terserang LSD.

LSD atau cacar sapi/kerbau merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang utamanya menyerang hewan sapi. Penyakit ini dicirikan dengan adanya benjolan pada kulit sapi.

Menurut Suyono, virus penyebab LSD termasuk dalam genus capripoxvirus yang ditularkan melalui antropoda, terutama serangga penghisap darah (lalat, nyamuk, caplak), pakan dan air yang terkontaminasi, serta penularan langsung melalui saliva, sekresi hidung, dan air mani.

LSD hanya menyerang sapi dan kerbau karena hewan tersebut merupakan spesies yang paling rentan tertular LSD virus (LSDV). Virus tersebut memiliki reseptor spesifik pada sel dalam tubuh sapi yang menyebabkan virus dapat masuk dan bereplikasi di dalam tubuh.

Baca juga: BPBD semprot disinfektan sejumlah pasar di Probolinggo, antisipasi PMK

Penyakit ini menyebabkan timbulnya benjolan atau bintik-bintik pada kulit hewan yang tertular. Yang diawali dengan bintik-bintik tersebut kecil dan keras, tetapi secara bertahap tumbuh ukurannya dan menjadi lembut serta berisi cairan.

"Kulit di atas bintik-bintik tersebut dapat menjadi merah, membengkak, dan akhirnya mengalami ulserasi, yang kemudian dapat menyebabkan infeksi bakteri sekunder," katanya, menjelaskan.

Ia lebih lanjut menjelaskan, bahwa LSD sebenarnya tergolong jenis penyakit hewan yang tidak berbahaya dibanding dengan dampak PMK dan bisa disembuhkan.

"Hanya saja, langkah cepat pengobatan memang harus dilakukan untuk membantu sapi untuk mempercepat pemulihan dan meningkatkan daya tahan tubuhnya," katanya, menjelaskan.

Berdasarkan data Dinas Peternakan Pemkab Sampang, dari total 36 ekor sapi yang terserang LSD itu, sebanyak 30 ekor di antaranya kini telah sembuh setelah dilakukan perawatan khusus oleh tim penyuluh kehewanan Pemkab Sampang.

Baca juga: Pemprov sebut NTT masih bebas dari PMK dan LSD

Pewarta: Abd Aziz
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2024