Baghdad (ANTARA News) - Sedikitnya 12 orang tewas dalam ledakan-ledakan bom pinggir jalan dan penembakan di Irak, Rabu, kata sejumlah pejabat.

Serangan paling mematikan terjadi di daerah dekat Kut, sebelah selatan Baghdad, ketika ledakan bom pinggir jalan menghantam sebuah minibus yang membawa warga Syiah yang bekerja di peternakan ayam, menewaskan delapan orang, kata polisi, lapor Reuters.

Empat polisi tewas dan enam lain cedera ketika militan memberondongkan tembakan ke sebuah pos pemeriksaan di Baiji, sebelah utara Baghdad.

Dalam insiden lain, sebuah bom di mobil yang diparkir meledak ketika konvoi yang menuju bandara Mosul untuk menjemput ketua parlemen sedang lewat, mencederai serius enam pengawal. Tidak jelas apakah serangan itu ditujukan pada ketua parlemen Usama al-Nujaif.

Kantor Nujaif mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengecam kurangnya pengamanan dan memperingatkan bahwa Mosul bisa jatuh ke tangan "teroris".

Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan-serangan tersebut, namun militan Sunni dan Al Qaida meningkatkan kekerasan tahun ini, khususnya terhadap warga Syiah yang mereka anggap menyimpang dari ajaran Islam.

Hampir 900 orang sipil tewas di Irak pada September, menurut misi PBB di Irak.

Kekerasan Rabu itu merupakan yang terakhir dari gelombang pemboman dan serangan bunuh diri di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya dan pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya.

Lebih dari 800 orang tewas dalam serangan-serangan selama Agustus, yang telah menjadi salah satu bulan paling mematikan di Irak.

Berdasarkan data yang dihimpun PBB dan pemerintah Irak, Juli merupakan bulan paling mematikan dalam lima tahun dengan jumlah korban tewas lebih dari 1.000 orang.

Jumlah kematian akibat serangan-serangan di Irak telah mencapai ribuan orang sejak awal tahun ini.

Gelombang serangan di Irak meningkat sejak awal tahun ini, dan menurut laporan PBB, lebih dari 2.500 orang tewas dari April hingga Juni saja, jumlah tertinggi sejak 2008.

Jumlah kematian pada Maret mencapai 271, sementara sepanjang Februari, 220 orang tewas dalam kekerasan di Irak, menurut data AFP yang berdasarkan atas keterangan dari sumber-sumber keamanan dan medis.

Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.

Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.

Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013