Jakarta (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kemen-LHK) meminta "Social Ecopreneur" mengisi peluang dari lahirnya konvensi iklim "Intergovernmental Negotiating Committee" (INC)-IV terkait "International Legally Binding Instrument (ILBI) on Plastic Pollution, Including in The Marine Environment" yang baru dibahas pada April mendatang.

Konvensi itu bertujuan menciptakan instrumen internasional yang mengikat secara hukum untuk mengakhiri pencemaran plastik (plastic pollution).

"Konsep dasar daripada 'International Legally Binding Instrument on Plastic Pollution, Including in The Marine Environment' itu adalah reduksi sampah plastik dari hulu ke hilir yang dilakukan secara bersama-sama," kata Direktur Pengelolaan Sampah Kemen-LHK Novrizal Tahar dalam sambutannya pada acara Rekosistem dengan tema "REShape The Future" di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Ingin kurangi sampah anorganik, Rekosistem luncurkan waste station

Novrizal menyebut "Social Ecopreneur​​​​​​" sebagai pengusaha yang tidak hanya fokus pada keuntungan tetapi juga pada penanggulangan masalah sosial hingga lingkungan.

Contohnya Rekosistem, perusahaan rintisan teknologi iklim asal Indonesia yang pada Agustus 2023 lalu berhasil mengantongi investasi sekitar Rp75 miliar dalam putaran investasi yang dipimpin oleh Skystar Capital dan didukung oleh East Ventures, Provident, dan investor lainnya.

"Rekosistem dan "Social Ecopreneur" lainnya memberikan pilihan baru, nuansa baru dan warna baru untuk pengelolaan sampah di Indonesia," kata Novrizal.

Menurut Novrizal, Rekosistem telah bergerak untuk mengurangi jumlah sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dia berharap "Social Ecopreneur" itu dapat bertumbuh dengan baik, sehingga menjadi determinan atau faktor penentu dari sistem pengelolaan sampah di Indonesia.

Kemen-LHK, kata Novrizal, mempunyai target menurunkan limbah sampah 40 juta ton. Target tersebut harus terealisasi pada tahun 2030.

Baca juga: Rekosistem bantu kelola limbah kosmetik kedaluwarsa
 
CEO dan Co-founder Rekosistem Ernest Layman memberikan sambutan pada acara temu media bersama Rekosistem bertajuk "REShape The Future" di Jakarta, Kamis (7/3/2024). ANTARA/Abdu Faisal
 
Rekosistem baru berhasil mengelola total 35 ribu ton sampah pada 2023. Ernest Layman, selaku CEO dan Co-founder Rekosistem mengatakan usahanya masih berfokus pada solusi pengelolaan sampah di kawasan permukiman dan kolaborasi dengan pemerintah atau perusahaan swasta di area pulau Jawa.

Rekosistem mendorong pengelolaan sampah dengan partisipasi masyarakat melalui kampanye #PilahKemasSetor, di mana masyarakat dapat menerima poin hadiah jika menyetor sampah anorganik melalui "Reko Waste Station" yang nantinya dapat ditukar menjadi saldo e-wallet ataupun hadiah lainnya. 

Masyarakat dapat dengan mudah menemukan "Reko Waste Station" terdekat melalui aplikasi Rekosistem yang dapat diunggah di Android lewat Playstore. 

Adapun jumlah transaksi dari pengguna aplikasi yang menyetorkan sampah ke Reko Waste Station terhitung sebanyak 53.600 setoran sampah ke 40 "Reko Waste Station" dan "Drop Box" yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya pada 2023. 

Baca juga: Rekosistem gagas aplikasi setor sampah dapat saldo elektronik

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2024