Malang (ANTARA) - Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (Sekum PP) Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengemukakan Ramadhan tidak hanya jadi momentum bagi peningkatan spiritual, tapi juga sebagai bulan islah (perbaikan) dan transformasi diri untuk berkontribusi menuntaskan masalah-masalah sosial.

"Bulan puasa itu bulan pendidikan bagi kita semua. Banyak nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya dan saudara harus sadar akan hal ini,” kata Abdul Mu'ti dalam Tarhib Ramadhan Ceria dengan tema "Bermuhammadiyah dengan Kepedulian Sosial" di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di Malang, Jumat.

Ia mengutip teori dari Charles Duhigg dalam buku The Power of Habit tentang cara membangun dan menciptakan kebiasaan baru yang positif.

Setidaknya ada tiga poin penting yang harus dilakukan, yaitu memiliki niat, rutin dalam menjalankan dan pemberian reward (hadiah).

Baca juga: Muhammadiyah: Ramadhan momentum rekatkan persaudaraan pascapemilu

Baca juga: Ketum PP Muhammadiyah: Perbedaan mulai puasa tidak perlu diributkan


Ia juga memberikan analogi teori tersebut dengan nilai-nilai keislaman dalam bulan Ramadhan.

Pertama, niat yang sudah pasti menjadi landasan awal dalam melakukan perubahan diri, innamal a'malu binniyat. Selanjutnya, rutin.

"Selama bulan Ramadhan kita diajarkan untuk berpuasa, lalu tarawih, itikaf dan amalan-amalan sunnah yang lain. Kemudian, reward, ini puncaknya, bisa diartikan kalau secara umum hadiahnya itu saat Idul Fitri. Namun, kalau dari sisi personal, yaitu perbaikan diri secara individu menjadi lebih baik,” ujarnya.

Menurutnya, suatu perubahan yang dilakukan itu tidak perlu langsung secara ekstrem. Namun, bisa dilakukan dan dimulai dari hal yang mudah dan sederhana, tapi secara rutin.

Apalagi, katanya, mengingat kebiasaan yang ingin dibangun merupakan hal baru dan butuh proses. Cara itu juga bisa digunakan dan diterapkan di segala lini kehidupan demi membangun kebiasaan dan pribadi yang lebih bagus.

Pada kesempatan itu, ia berpesan kepada seluruh yang hadir untuk tetap mempertahankan kebiasaan-kebiasaan baik serta meninggalkan kebiasaan buruk.

“Kebiasaan itu harus dibangun. Kebiasaan yang baik dipertahankan dan ditingkatkan, sementara yang kurang baik ditinggalkan. Itu kita lakukan secara terus menerus hingga akhir hidup,” tutupnya.

Sementara itu, Rektor UMM, Prof Dr Nazaruddin Malik menyatakan bahwa UMM siap memberikan atmosfer bulan suci yang kental. Salah satu bukti nyata, yakni dengan adanya acara Tarhib Ramadhan Ceria sebagai hidangan pembuka memasuki bulan suci Ramadhan.

Ia mengatakan setiap bulan Ramadhan, UMM mengadakan kegiatan Islami untuk mengisi dan memeriahkan bulan tersebut. Ada kajian rutin bagi mahasiswa, dosen, maupun karyawan. Bahkan, ada agenda unik yang sudah digelar.

"Semoga seluruh sivitas akademika Kampus Putih mendapatkan berkah dari acara ini, lebih luas lagi, yakni dari bulan Ramadhan ini,” ucapnya.*

Baca juga: Khotib: Banyaklah beramal soleh kunci bahagia dunia akhirat

Baca juga: PP Muhammadiyah: Ramadan momen perkuat persatuan dan persaudaraan

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024