Jakarta (ANTARA) - Dokter konsultan hematologi onkologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta Dr.dr. Andhika Rachman SpPD-KHOM mengatakan serplulimab bisa menjadi alternatif pengobatan kanker paru sel kecil (small cell lung cancer) dengan efek samping yang minimal.

“Ini terobosan baru untuk pasien small cell lung cancer dengan tambahan antibodi imunoterapi, hasilnya cukup baik dan efek samping yang minimal,” kata Andhika dalam konferensi pers peluncuran serplulimab di Jakarta, Sabtu.

Andhika mengatakan serplulimab menyasar kepada pengobatan kanker paru sel kecil karena angka kematiannya yang masih tinggi dan tidak terdiagnosa dengan cepat. Pasien yang baru terdiagnosa kanker paru sel kecil rata-rata hanya bertahan 3 bulan setelah pemeriksaan.

Baca juga: Guru Besar FKUI: Uap vape juga berbahaya pada orang di sekitar

Baca juga: Dokter: Pengobatan kanker paru harus disesuaikan dengan kondisi pasien


Kanker paru sel kecil merupakan jenis kanker yang memiliki porsi penderita sekitar 15 persen dibandingkan dengan non small cell lung cancer dengan angka 85 persen. Angka ketahanan hidupnya hanya 7 persen dari lima tahun dan kebanyakan tidak terdiagnosa.

Penyebab utama dari kanker paru sel kecil adalah para perokok dengan intensitas tinggi dan penggunaan rokok elektrik sebesar 99 persen.

“Dengan serplulimab angka harapan hidup 24 bulan jadi 43,1 persen dengan stadium lanjut, dibanding jika tidak berobat dengan serplulimab sekitar 7 persen dengan stadium yang sama,” katanya.

Serplulimab merupakan pelengkap dari pengobatan kanker yang sudah ada sebelumnya yaitu pembrolizumab, atezolizumab, dan durvalumab yang mengobati sel anti bodi. Serplulimab bekerja langsung dengan mematikan sel kanker atau dengan sifat imunoterapi PD-L1.

Serplulimab juga bisa dikombinasikan dengan pengobatan kemoterapi terlebih pada pasien yang sudah masuk kategori geriatri dan sering terpapar kemoterapi. Imunoterapi ini biasanya digunakan jika setelah pemeriksaan biopsi pada tumor terdapat angka Microsatellite instability (MSI) yang tinggi.

Namun kendala masih dihadapi dengan harga yang masih relatif mahal dan ketersediaannya yang belum banyak bisa diakses karena bahannya masih diimpor dari luar negeri.

“Memang masih berbiaya tinggi karena bahan-bahan tentu impor dari luar negeri, tapi serplulimab harganya bisa lebih rendah dibanding pendahulunya, makanya sangat dibutuhkan bagi pasien BPJS,” kata Andhika.

Baca juga: Kalbe luncurkan Serplulimab untuk obati kanker paru sel kecil

Baca juga: Pemeriksaan EGFR beri pasien kanker paru pengobatan yang lebih baik


 

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024