Kami memberikan apresiasi atas kunjungan Federation Of Malaysian Manufacturers (FMM) ke Provinsi Kalimantan Barat
Pontianak (ANTARA) - Plh Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Barat, Alfian Salam, menyambut kunjungan misi dagang dari Delegasi Federation Of Malaysian Manufacturers (FMM) dan berharap dapat memperkuat kerjasama di bidang perdagangan antara Kalbar dan Malaysia.

"Kami memberikan apresiasi atas kunjungan Federation Of Malaysian Manufacturers (FMM) ke Provinsi Kalimantan Barat. Sejauh ini FMM secara konsisten memimpin dalam modernisasi dan memberdayakan perusahaan-perusahaan manufaktur dan jasa industri di Malaysia," kata Alfian di Pontianak, Senin.

Menurutnya, pentingnya dukungan penuh dari Pemerintah Pusat dalam mengatasi isu-isu yang dihadapi dalam sektor manufaktur, Alfian menggarisbawahi bahwa banyak produk turunan sumber daya alam Kalimantan Barat yang belum diproduksi di Kalimantan Barat.

"Kami telah memperjuangkan isu ini pada berbagai forum nasional, dan kami membutuhkan dukungan penuh dari Pemerintah Pusat. Kita harapkan dengan kerjasama antara organisasi dagang antar negara ini bisa membuka peluang lebih besar dalam pengembangan ekonomi Kalbar," tuturnya.

Alfian juga menjelaskan tentang pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada tahun 2023 yang mencapai 4,46 persen (C to C), sedikit di bawah pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,05 persen (C to C). Kontribusi tertinggi terjadi pada triwulan IV 2023, terutama dari sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, pengadaan listrik dan gas, serta jasa lainnya.

"Sementara itu, pertumbuhan terendah terjadi di sektor pertambangan dan penggalian, pertanian, kehutanan, perikanan, serta industri pengolahan," tuturnya.

Dia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV tahun 2023 masih sedikit lebih rendah 0,61 poin dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2022 sebesar 5,07 persen. Hal ini dikarenakan, kontribusi dari sektor-sektor usaha masih didominasi oleh sektor pertanian, industri, perdagangan, dan konstruksi dari sisi penerimaan, dan oleh konsumsi rumah tangga, PMTB, dan ekspor dari sisi pengeluaran.

Alfian juga menyoroti bahwa pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat yang lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional disebabkan oleh larangan ekspor bahan mentah pertambangan seperti bauksit dan nikel. Namun, dengan pembangunan smelter yang sedang berlangsung, diharapkan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat dapat meningkat.

Dia juga mengatakan, di tengah tantangan perlambatan ekonomi global, bencana alam, kekurangan pasokan energi, dan tingginya tingkat pengangguran, Kalimantan Barat juga belum merasakan puncak kejayaan industrialisasi/manufaktur. Namun, dengan beroperasinya Pelabuhan Internasional Kijing, terdapat peluang untuk memperluas perdagangan dan ekspor-impor di Asia.

"Pelabuhan Internasional Kijing saat ini telah beroperasi dan terus menunjukkan tren positif dalam transaksi, meskipun masih memerlukan peningkatan operasional untuk menjadi terminal peti kemas yang optimal. Namun, Pelabuhan Kijing membuka peluang bagi Kalimantan Barat untuk ambil bagian dalam rute perdagangan/ekspor impor Asia," katanya.

Alfian juga menyampaikan bahwa Pemerintah Kabupaten Mempawah telah mengalokasikan lahan untuk mendukung pembangunan Pelabuhan Kijing, dengan harapan akan mengembangkan ekonomi Kalimantan Barat dan menciptakan peluang investasi yang lebih besar.

"Mempawah, sebagai lokasi Pelabuhan Kijing, telah menyiapkan lahan untuk mendukung pembangunan pelabuhan tersebut, dengan harapan dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi dan investasi di Kalimantan Barat," tambahnya.

Baca juga: Perdagangan Kalbar hingga Oktober 2023 surplus 1.254,79 juta dolar AS
Baca juga: BPS: Neraca perdagangan Kalbar surplus 866,05 juta dolar AS

Pewarta: Rendra Oxtora
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2024