Berlin (ANTARA News) - Pengarang Jerman peraih Hadiah Nobel, Guenter Grass, Sabtu, membuat pengakuan mengejutkan bahwa dirinya pernah menjadi anggota pasukan elit Waffen SS yang begitu terkenal dalam Perang Dunia II, pengungkapan yang mendorong penulis biografinya menyesali "berakhirnya suatu otoritas moral". Grass yang kini berusia 78 tahun mengemukakan kepada harian Frankfurter Allgemeine Zeitung ia mengungkapkan hal ini untuk pertama kalinya dalam memoarnya "Peeling Onions" yang akan muncul bulan depan. Pengarang tersebut, yang dikenal di luar negeri berkat novelnya "The Tin Drum" pada 1959, selama ini hanya diketahui sebagai wajib militer pasukan pertahanan udara Jerman. Namun demikian dalam otobiografinya ia juga menuturkan bahwa dirinya pernah berusaha bergabung dalam pasukan kapal selam Jerman saat berusia 15 tahun, namun ditolak karena masih terlalu muda. Ia menyatakan bahwa dirinya tergabung dalam pasukan elit Waffen SS pada tahun berikutnya, namun menepis pendapat bahwa ia bergabung karena menurut kemauannya sendiri. Grass, yang selama bertahun-tahun dikenal sebagai tokoh pecinta damai dan kiri, mengalami luka-luka pada 1945 dan dikirim ke sebuah kamp tahanan perang Amerika. "Saya ingin menjelaskan sekali lagi apa yang terjadi saat itu dan berbagai hal hal mengenai saya" katanya kepada Frankfurter Allgemeine, sebagaimana dilaporkan AFP. "Sikap tutup mulut saya selama bertahun-tahun merupakan salah satu alasan mengapa saya menulis buku ini," tambahnya. "Pengakuan harus keluar." Reaksi tak senang Para pengarang Jerman lain merasa tak senang dengan pengakuannya, dengan Walter Kempowski, 77 tahun, menyatakan "pengakuannya muncul sedikit terlambat". Penulis biografi Grass, Michael Juergs, "secara pribadi merasa kecewa dan menyesali "berakhirnya suatu otoritas moral." Grass, yang dilahirkan di Danzig, kota pelabuhan di Samudera Atlantik, kini kota Gdansk, Polandia, mengatakan upayanya bergabung dengan pasukan kapal selam untuk melarikan diri dari keluarganya yang keras, namun kini memandang upayanya sebagai "gagasan gila". Grass ditahan di sebuah kamp tawanan perang di Bad Aibling, Bavaria selatan, tempat pasukan AS juga menahan Joseph Ratzinger yang kini menjadi Paus Benediktus XVI. Ia meraih Hadiah Nobel bidang kesusastraan pada 1999. (*)

Copyright © ANTARA 2006