Jakarta (ANTARA) - Relex Solution menyatakan adanya otomatisasi ritel dapat membantu mengurangi permasalahan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan limbah makanan yang belum terkelola dengan baik di Indonesia.

"Selain konsumen perlu lebih cerdas dalam mengonsumsi makanan untuk mengatasi masalah sampah yang semakin mengkhawatirkan, para peritel dapat memanfaatkan otomatisasi sistem agar dapat turut berkontribusi dalam mengurangi sampah makanan dan mengurangi masalah tempat pembuangan sampah di Indonesia,” kata Sales Director Relex Solutions Onni Rautio dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu.

Onni menyoroti banyak sampah yang ditampung saat ini sudah melebihi kapasitas. Hal itu menyebabkan setidaknya 30 TPA mengalami kebakaran di sepanjang tahun 2023. Selain itu, sekitar 70 persen dari total sampah yang ditimbun di TPA merupakan sampah organik terutama berasal dari makanan yang jumlahnya mencapai 23 hingga 48 juta ton per tahun. 

Baca juga: KLHK tegaskan ritel harus ikut tanggung jawab atasi sampah plastik

Ketika stok persediaan melebihi permintaan, terutama bahan makanan segar, peritel menghadapi tantangan yang signifikan dalam mengelola limbah, yang dapat mengakibatkan penurunan harga atau pembusukan.

Melihat permasalahan tersebut, ia menilai jika para peritel melakukan otomatisasi secara efektif maka dapat mencegah kelebihan stok dan memprediksi permintaan secara akurat. Selain itu, otomatisasi juga akan membantu peritel untuk menyederhanakan pengelolaan persediaan agar lebih efisien, mengoptimalkan proses pemesanan, serta meminimalkan melakukan penanganan secara manual.

Terlebih upaya itu sejalan dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.75 Tahun 2019 yang menetapkan peta jalan pengurangan sampah, yang mewajibkan produsen di sektor manufaktur, ritel, serta jasa makanan dan minuman untuk mengurangi sampah dari produk, wadah, dan/atau kemasan.

Baca juga: KLHK: Baru 18 produsen implementasi peta jalan pengurangan sampah

Onni menjelaskan otomatisasi ritel dalam mengurangi limbah makanan dapat membantu peritel untuk memprediksi permintaan konsumen, menyesuaikan tingkat persediaan, dan memastikan tingkat stok sesuai dengan kebutuhan konsumen. 

Kemudian membantu pelacakan tanggal kedaluwarsa otomatis yang dapat meningkatkan pengelolaan persediaan dengan merotasi stok secara efektif dan akurat melacak serta mengelola masa simpan produk untuk mengurangi kemungkinan kelebihan stok dan secara bertahap mencegah produk kedaluwarsa terbuang percuma. 

Baca juga: Menteri LHK dorong ekonomi sirkular tangani sampah belum terkelola

Di samping itu, otomatisasi ritel juga berguna dalam sistem pengelolaan persediaan pintar, yang memiliki fitur peringatan otomatis untuk tiap produk yang memiliki tingkat persediaan rendah, penundaan pengiriman untuk produk yang masih tersedia, dan apabila terjadi kelebihan stok. Sistem ini memantau dan menganalisis data persediaan untuk mengidentifikasi barang yang jarang terjual atau yang sudah kedaluwarsa, menggunakan perangkat lunak pelacakan otomatis untuk memastikan persediaan secara akurat.

"Menerapkan solusi otomatisasi ritel di Indonesia dapat memberikan beberapa manfaat bagi lingkungan. Selain mengurangi limbah makanan, otomatisasi secara signifikan dapat membantu mengurangi konsumsi energi dan mengoptimalkan rute transportasi untuk menurunkan emisi,” ujar Onni Rautio. 

Baca juga: Astra International, Nestle, dan Decathlon bermitra dengan Rekosistem

Baca juga: "Social Ecopreneur" diminta isi peluang lahirnya konvensi iklim baru


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2024