Bukan emas fisik ya, tapi di derivatif
Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama PT Finex Bisnis Solusi Futures (Finex) Agung Wisnuaji menyatakan mayoritas nasabah di Finex paling dominan berinvestasi di logam emas.

Menurut dia, dominasi para nasabah berinvestasi di logam emas karena masyarakat cenderung lebih mengenal emas dibandingkan produk-produk derivatif lainnya.

“Bukan emas fisik ya, tapi di derivatif,” ujarnya saat melakukan kunjungan ke Kantor Redaksi ANTARA, Jakarta, Rabu.

Biasanya, harga emas akan menguat yang diiringi pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) karena dipengaruhi oleh berbagai fenomena geopolitik, seperti kondisi perang di Rusia dan Ukraina atau Hamas melawan Rezim Israel.

Dalam keadaan tersebut, para investor condong untuk menanamkan saham di komoditas emas mengingat nilai mata uang seperti dolar AS atau pound sterling cenderung fluktuatif. Selain itu, berbagai kebijakan dari bank sentral di berbagai dunia turut dipertimbangkan terlebih dahulu oleh para investor untuk mengambil keputusan apakah hendak lebih memilih berinvestasi di mata uang.

“Kalau emas lebih banyak (dominan) karena memang secara umum pergerakannya menjadi alternatif kalau memang mata uangnya lagi fluktuatif, bergejolak,” ujar dia.

Lebih lanjut, dia menyampaikan emas derivatif yang diperdagangkan di Finex merupakan Loco London Gold, yakni emas yang dinilai dan diperdagangkan di negara London dengan sistem transaksi secara online (tidak memerlukan kepemilikan fisik).

“Jadi bukan emas rupiahnya, bukan emas Antam. Kalau emas Antam kan pasti ada macam-macam kayak biaya cetak atau mungkin kalau orang investasi di emas fisik, di sisi perhiasan (misalnya), desain (emasnya mempengaruhi harga). Tapi, secara umum, harga emasnya sendiri pasti dipengaruhi pada harga emas dunia,” ungkap Agung.

Dalam kesempatan tersebut, Public Relations & Event Manager Finex Bunga D. Kusuma turut menegaskan bahwa kendati emas yang diperdagangkan di Finex bagian dari produk derivatif, tetapi tetap merefleksikan sentimen pasar terhadap emas fisik.

“Jadi, kalau misalnya kondisi geopolitik tidak stabil, orang kan pasti lebih milih ke yang safe heaven, salah satunya itu emas, termasuk emas berjangka (derivatif) juga,” kata Bunga.

Sebagai informasi, Finex menyediakan 78 instrumen trading yang terdiri dari 27 forex, 3 logam dan energi, serta 41 saham tunggal. Dominasi instrumen trading di Finex paling besar adalah emas sebesar 50 persen, lalu Index Dow Jones 19 persen, forex EUR/USD (Euro/Dolar AS) 7 persen, GBP/USD (Pound Sterling/Dolar AS) 5 persen, dan USD/JPY (Dolar AS/Yen Jepang) 3 persen.

Hingga saat ini, sudah terdapat 7 ribu nasabah yang tergabung ke Finex dengan 20 ribu lot volume trading bulanan dan Rp150 miliar dana deposit nasabah.

Baca juga: BEI tengah siapkan produk derivatif terbaru Single Stock Futures
Baca juga: OJK sedang identifikasi produk keuangan derivatif di Bappebti


Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2024