Jakarta (ANTARA News) - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Ito Warsito menilai kesepakatan senat AS untuk menaikkan plafon utangnya masih perlu dicermati.

"Senat AS tadi malam menyetujui penaikan plafon utang AS. Namun, masih tetap perlu dicermati juga berapa lama batas atas utang AS itu dapat bertahan. Lalu, kapan anggaran dan pendapatan belanja negara (APBN) pemerintah AS akan disetujui oleh kongres sehingga berhentinya kegiatan (shutdown) di AS dapat selesai," ujar Ito Warsito di Jakarta, Kamis.

Kendati demikian, ia menilai kesepakatan AS itu telah memberikan sentimen positif bagi bursa saham global, termasuk indeks harga saham gabungan (IHSG) di BEI yang bergerak positif pada Kamis ini.

"Paling tidak, adanya kesepakatan itu membuat pasar saham memiliki ruang baru untuk `bernafas`," ucapnya.

Tercatat, IHSG BEI pada Kamis ini ditutup naik 26,67 poin atau 0,59 persen ke posisi 4.518,93. Sementara nilai tukar rupiah juga bergerak menguat 45 poin menjadi 11.150 per dolar AS.

Ito meyakini kinerja pasar modal Indonesia masih tetap positif di tengah sentimen pasar saham yang cenderung bergejolak, BEI masih akan menunjukkan kinerja yang optimal ke depannya.

"BEI akan terus melakukan sosialisasi dan edukasi pasar modal secara berkesinambungan kepada publik untuk meningkatkan jumlah investor lokal dan jumlah emiten yang berkualitas menuju bursa efek yang berdaya saing global," katanya.

Ia mengemukakan bahwa optimisme BEI itu terlihat dari rencana kerja dan anggaran tahunan (RKAT) tahun 2014 yang meningkatkan target seperti proyeksi rata-rata nilai transaksi saham harian pada tahun mendatang mencapai Rp7 triliun, atau meningkat dari tahun 2013 yang diperkirakanRp6,5 triliun.

Selain itu, Bursa juga memproyeksikan memperoleh pendapatan usaha bersih sebesar Rp653,54 miliar pada 2014, atau meningkat dari target 2013 sebesar Rp526,15 miliar. Dan laba bersih 2014 ditargetkan mencapai Rp115,83 miliar meningkat dari target 2013 sebesar Rp94,17 miliar.

Ito memaparkan bahwa target BEI pada 2014 juga melihat asumsi-asumsi indikator ekonomi di 2014 meliputi pertumbuhan ekonomi 6,50 persen, laju inflasi 4,50--5,50 persen, suku bunga surat perbendaharaan negara (SPN) tiga bulan 6,50 persen, suku bunga deposito rupiah 6,50 persen, dan kurs rupiah Rp10.500 per dolar AS. 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013