Jakarta (ANTARA) - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tidak Menular Kementerian Kesehatan, Eva Susanti mengatakan pos pelayanan terpadu (posyandu) merupakan salah satu upaya untuk melakukan kontrol kesehatan masyarakat dengan hipertensi dan diabetes agar dapat mencegah penyakit ginjal.

"Artinya, mereka di posyandu ini juga memastikan, teman-teman nakes atau kader, memastikan bahwa setiap orang yang menderita penyakit ini, baik itu tekanan darah dan gula darahnya itu terkontrol, dipantau. Jadi, mereka harus mendapatkan pengobatan yang sesuai standar, khusus hipertensi dan diabetes," ujarnya dalam Press Briefing Hari Ginjal Sedunia" yang disiarkan di Jakarta, Kamis.

Menurutnya, ada korelasi antara hipertensi serta diabetes tidak terkontrol dan gagal ginjal kronis. Dia menjelaskan bahwa terdapat lima penyebab penyakit ginjal kronis pada orang dewasa, dengan penyebab tertinggi, yaitu penyakit ginjal hipertensi sebanyak 37 persen, diikuti oleh nefropati diabetik sebanyak 32 persen.

Baca juga: BPJS permudah pelayanan rujukan cuci darah untuk pasien gagal ginjal

Dia menjelaskan posyandu prima menjangkau 85 ribu desa dan kelurahan, dan posyandu mencakup 300 ribu RT dan RW. Selain itu, puskesmas mencakup 7.230 kecamatan, difasilitasi agar dapat melakukan deteksi dini.

Menurutnya, peningkatan akses dan kapasitas yang tepat dan sesuai bagi fasilitas kesehatan serta laboratorium diperlukan guna penanganan yang lebih baik terkait 14 penyakit utama, salah satunya penyakit ginjal.

"Jadi, bagi daerah-daerah yang terluar, jauh, kita bangun fasilitasnya, kemudian kita lengkapi kebutuhan untuk tata laksana, diagnostik, kemudian kita melakukan juga transformasi sistem ketahanan kesehatan dengan meningkatkan produk kebutuhan alat kesehatan dalam negeri, dan memperkuat ketanggapdaruratan," ujarnya.

Selain pemenuhan alat kesehatan, katanya, transformasi kesehatan juga mencakup peningkatan sumber daya manusianya guna menambah kualitas serta kuantitas tenaga kesehatan.

Hal tersebut, ujarnya, adalah salah satu bagian dari transformasi layanan kesehatan, guna memfasilitasi skrining dini agar dapat menangani penyakit ginjal di Indonesia. Upaya itu, melengkapi pilar pertama transformasi kesehatan, yaitu promosi kesehatan guna mengedukasi warga agar mau deteksi dini.

Baca juga: Penderita sakit ginjal tahap lanjut dianjurkan tidak berpuasa

Baca juga: Dokter: Perempuan sering pipis belum tentu berarti gangguan ginjal


Eva menjelaskan tiga penyebab kematian terbanyak di Indonesia pada 2009 dan 2019 adalah penyakit jantung iskemik, stroke, serta penyakit paru obstruktif kronis. Adapun penyakit ginjal menduduki peringkat kedelapan.

Dia mengungkapkan bahwa biaya untuk penanganan penyakit tak menular dapat mencapai Rp400 triliun.

Ia menuturkan ada sejumlah hal yang meningkatkan risiko seseorang terserang penyakit-penyakit tidak menular, yaitu merokok, kurang melakukan aktivitas fisik, kurang makan buah-buahan dan sayur-sayuran, serta konsumsi gula, garam, dan lemak yang berlebihan.

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024