Penyakit ginjal sering tanpa gejala. Baru bergejala kalau sudah kurang lebih kehilangan fungsi ginjal sebesar 90 persen
Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) Pringgodigdo Nugroho menjelaskan bahwa deteksi dini penting dalam penanganan penyakit ginjal kronis, agar pencegahan lebih awal dapat dilakukan guna memperlambat progres penyakitnya.

​​​​Pringgodigdo dalam "Press Briefing Hari Ginjal Sedunia" yang disiarkan oleh Kementerian Kesehatan di kanal YouTube resminya di Jakarta Kamis menyebutkan bahwa penyakit ginjal tidak menimbulkan gejala hingga tahap akhir, dan penyakit tersebut bersifat progresif, artinya akan terus berlanjut.

Selain itu, penyakit ginjal menyebabkan komplikasi bagi penderitanya, seperti penyakit jantung.

Sebagai contohnya, katanya, pada masa pandemi COVID-19, para pasien itu sangat rentan terkena COVID-19.

"Penyakit ginjal sering tanpa gejala. Baru bergejala kalau sudah kurang lebih kehilangan fungsi ginjal sebesar 90 persen," katanya

Selain komplikasi, ujarnya, pengobatan penyakit ginjal, terutama hemodialisis dan transplatasi ginjal bagi penderita yang penyakitnya sudah parah, juga mahal.

Dia menyebutkan bahwa penyakit ginjal adalah masalah global yang banyak ditemukan di negara berpenghasilan menengah dan rendah, dan biaya pengobatan semacam itu menyebabkan masalah ekonomi semakin berat.

Dengan melakukan pemeriksaan dini, katanya, maka biaya untuk penanganan penyakit itu dapat ditekan di kemudian hari. Selain itu, risiko komplikasi juga dapat diturunkan.

Dia menambahkan, pada tahun 2019, penyakit ginjal adalah peringkat ketujuh penyebab kematian secara global, dan pada 2040 diperkirakan akan menduduki peringkat keempat.

Menurut Pringgodigdo, skrining perlu dilakukan pada populasi yang berisiko atau rentan, contohnya penderita diabetes, hipertensi, orang yang keluarganya punya riwayat gangguan ginjal akut, lupus, HIV, obesitas, status sosio-ekonomi yang rendah yang menyebabkan sulitnya akses ke fasilitas kesehatan.

Dia menuturkan, setelah skrining, dilakukan pemantauan, pemeriksaan klinis, serta terapi yang sesuai pedoman, tergantung hasilnya. Apabila hasilnya pasien itu berisiko tinggi, maka dirujuk ke neurologis guna mencari tahu tentang risiko komplikasinya.

Pada kesempatan itu, dia juga menjelaskan bahwa perubahan gaya hidup adalah langkah terapi awal yang paling penting.

"Berhenti merokok, makan-makanan bergizi yang seimbang, buah, sayur, dan biji-bijian. Lalu, diet rendah garam juga penting. Olahraga teratur," katanya.

Dia juga mengingatkan untuk tidak mengonsumsi sembarang obat-obatan atau suplemen, dan berkonsultasi dengan petugas kesehatan terebih dahulu.

Biasanya, pasien juga akan diberikan obat untuk menghambat progres penyakit ginjalnya, serta obat-obatan untuk mengontrol tekanan darah, gula darah, serta kolestrol.

Pada kesempatan itu dia menjelaskan, ada keterkaitan antara penyakit ginjal dengan penyakit jantung. Semakin turun fungsi ginjal, katanya, maka semakin besar risiko permasalahan jantung.

Dia juga menyebutkan bahwa hipertensi dan diabetes merupakan penyebab utama penyakit ginjal kronik.

"Ternyata paling banyak hipertensi 37 persen dan diabetes 32 persen," katanya.

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024