Dengan koperasi aktif di pengelolaan sektor hilir, petani sawit terkonsolidasi dan meningkatkan kesadaran bahwa mereka memiliki nilai tawar di industri sawit. Hilirisasi pun tidak hanya dilakukan usaha atau industri besar
Medan (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara mengatakan, pengelolaan hilirisasi sawit oleh koperasi, seperti Pabrik Minyak Makan Merah Pagar Merbau di Deli Serdang, menjadi langkah positif untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
 

"Dengan koperasi aktif di pengelolaan sektor hilir, petani sawit terkonsolidasi dan meningkatkan kesadaran bahwa mereka memiliki nilai tawar di industri sawit. Hilirisasi pun tidak hanya dilakukan usaha atau industri besar," ujar Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (Diskop UKM) Sumut Naslindo Sirait di Medan, Kamis.
  Oleh karena itu, menurut Naslindo, apa yang diterapkan di Pabrik Minyak Makan Merah Pagar Merbau di Deli Serdang merupakan inisiatif yang baik dari pemerintah.

  Pabrik yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada Kamis itu dikelola koperasi sebagai prakarsa dari Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) melalui kemitraan antara Koperasi Pujakesuma dengan PT PTPN II.

  Bagi Naslindo, langkah Kemenkop UKM itu sebuah awal yang prosesnya dapat terus dikembangkan khususnya di Sumut.

  Dengan begitu, diharapkan stok minyak makan atau minyak goreng terus mampu mencukupi kebutuhan masyarakat dengan harga yang stabil sehingga mencegah penambahan inflasi.

  "Itu menjadi prototipe yang bisa terus dikembangkan di petani sawit. Mereka dapat beroperasi, terlibat dalam hilirisasi yang memproduksi minyak makan atau minyak goreng dan tidak hanya menjual TBS (tandan buah segar-red) semata," kata dia.

  Naslindo menambahkan, dengan hilirisasi, petani yang menghasilkan sekitar 50 ton TBS dari lahan sekitar 1.000 hektare, bisa menghasilkan minyak makan di kisaran tujuh sampai 10 ton.

  Dengan begitu, dia yakin harga TBS terjaga stabil karena stoknya dimanfaatkan untuk menghasilkan minyak goreng.

  "Kalau harga TBS ditentukan oleh harga CPO (minyak sawit mentah-red) internasional, ketika nilainya naik, apa yang diterima oleh petani tidak terlalu signifikan. Namun, saat turun, harga TBS bisa anjlok," tutur Naslindo.

  Saat peresmian Pabrik Minyak Makan Merah Pagar Merbau, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan bahwa pabrik merupakan pabrik pertama di Indonesia yang memproduksi produk baru minyak makan merah.

  Teten mengungkapkan, saat ini lebih dari 40 persen lahan perkebunan sawit di Indonesia dimiliki dan dikelola oleh petani swadaya.

  Dia pun berharap ke depan setiap 1.000 hektare perkebunan sawit yang dikelola oleh koperasi dilengkapi dengan pabrik minyak makan merah sebagai infrastruktur pelengkapnya.

  "Hilirisasi kelapa sawit menjadi minyak makan merah oleh koperasi bertujuan untuk memastikan agar petani semakin sejahtera, memastikan keberlanjutan pasokan minyak goreng sehat dengan harga terjangkau untuk masyarakat," ujar Teten.

  Dia menambahkan, pabrik minyak makan merah di Sumut merupakan salah satu dari tiga proyek percontohan (pilot project) minyak makan merah yang bekerja sama dengan PTPN.

  Selain itu, Kemenkop UKM pun menyiapkan skema mandiri dari koperasi petani sawit rakyat di beberapa wilayah di Indonesia seperti Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan; Kabupaten Pelalawan, Riau; Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat; serta provinsi lainnya untuk mereplikasi pabrik minyak makan merah di Sumut.

  Minyak makan merah atau refined palm oil, merupakan produk dari CPO yang setelah proses penyulingan tidak dilanjutkan ke proses-proses selanjutnya. Minyak ini memiliki karakteristik warna terang mencolok dan aroma yang kuat.

  Warna mencolok dari minyak makan merah berasal dari kelapa sawit yang memang berwarna merah tua, karena selama proses produksi, minyak makan merah tidak melalui proses penyulingan seperti minyak goreng sawit biasa.

  Berdasarkan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), sebagaimana dikutip laman Kementerian Pertanian, minyak makan merah masih mempertahankan kandungan senyawa fitonutrien.

  Kandungan tersebut, meliputi karoten sebagai sumber vitamin A, tokoferol dan tokotrienol sebagai vitamin E dan squalene. Untuk itu, minyak makan merah berpotensi digunakan sebagai pangan fungsional, salah satunya sebagai salah satu bahan pangan antistunting.

  Asam oleat dan asam linoleat dalam kandungan minyak makan merah berfungsi untuk pembentukan dan perkembangan otak, transportasi dan metabolisme pada anak. Minyak makan merah juga sesuai digunakan untuk menumis bahan pangan, salad dressing, bahan baku margarin dan shortening.

Baca juga: Menkop UKM sebut minyak makan merah sehat

Baca juga: Presiden nilai penggunaan minyak makan merah bakal jadi tren

Baca juga: Presiden Jokowi resmikan pabrik minyak makan merah di Sumatera Utara


Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2024