Caracas (ANTARA News) - Pemerintah Venezuela pada Jumat membantah akan  mendevaluasi mata uangnya, meskipun kekurangan dolar dan euro telah memicu permintaan di pasar gelap.

"Devaluasi tidak di atas meja," kata Rafael Ramirez, yang baru ditunjuk sebagai wakil presiden yang bertanggung jawab atas kebijakan ekonomi, yang juga telah lama menjabat sebagai menteri perminyakan.

"Kami memiliki cukup mata uang asing untuk memastikan ekonomi kita berkinerja baik," katanya kepada wartawan, mengatakan Venezuela memiliki cadangan 30,5 miliar dolar AS.

Ramirez berbicara di kantor pusat raksasa perusahaan minyak milik negara PDVSA, yang ia pimpin dan menyumbang 96 persen dari pendapatan luar negeri negara itu.

Ia mengecam media swasta yang meluncurkan "perang ekonomi" terhadap Venezuela dengan memperingatkan deflasi akan terjadi dan menunjukkan ekonomi berada diambang keruntuhan.

Penurunan cadangan devisa Bank Sentral, yang menutup kuartal dengan cadangan 21,5 miliar dolar AS, adalah karena penurunan harga emas di pasar internasional, kata Ramirez.

Dia mengatakan cadangan akan kembali ke tingkat "optimal" mereka pada akhir tahun.

Berdasarkan kontrol mata uang yang pertama ditetapkan oleh mendiang Presiden Hugo Chavez, kurs resmi bolivar saat ini berdiri di 6,3 terhadap dolar AS, angka yang meningkat tujuh kali lipat di pasar gelap.

Pada Februari, Venezuela mendevaluasi mata uang bolivar sebesar 32 persen terhadap dolar AS, devaluasi mata uang kelima dalam satu dekade.

Venezuela adalah pengekspor minyak terbesar di Amerika Selatan dan memiliki cadangan terbukti terbesar di dunia.

Transaksi minyak dalam mata uang dolar, sehingga secara formal maupun de facto devaluasi, nilai bolivar dari penjualan ini naik, meningkatkan pendapatan negara di atas kertas, demikian AFP melaporkan.

(SYS/A026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013