Jakarta (ANTARA) - Global Energy Alliance for People and Planet (GEAPP) memandang Indonesia membutuhkan banyak pekerjaan dan pekerjaan terampil untuk menyukseskan laju pertumbuhan hijau.

Country Delivery Lead GEAPP Lucky Nurrahmat mengatakan pekerjaan hijau dapat memberikan tipe pekerjaan yang stabil, berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi, dan memperkuat daya saing jangka panjang sekaligus membantu mengurangi gas rumah kaca.
 
"Untuk mengisi pekerjaan-pekerjaan tersebut diperlukan tenaga kerja terlatih, karena pekerjaan hijau umumnya memerlukan hard skill," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Jumat.
 
Lembaga nirlaba Bridgespan melaporkan bahwa energi surya, mobilitas listrik, lingkungan binaan, pertanian berkelanjutan, dan pengelolaan limbah adalah sektor-sektor penting dari ekonomi hijau.
 
Lucky menjelaskan berbagai keterampilan teknis yang harus dimiliki untuk masuk ke pekerjaan hijau, seperti pendidikan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics).
 
Sedangkan, keterampilan nonteknis berupa crisis response dan manajemen risiko terutama terkait dengan dampak perubahan iklim dan krisis lingkungan lainnya seperti polusi plastik.
 
Lembaga think-tank Institute for Essential Service Reform (IESR) memprediksi dekarbonisasi dapat menghasilkan 3,2 juta pekerjaan baru di Indonesia pada tahun 2050.
 
Menurut laporan Asian Development Bank (ADB), pertumbuhan hijau di seluruh Asia Tenggara dapat menciptakan peluang investasi sebesar 172 miliar dolar AS setiap tahun dan menghasilkan lebih dari 30 juta pekerjaan pada tahun 2030.
 
"Peluang pertumbuhan itu sejalan dengan hampir 60 persen dari target-target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB," kata Lucky.
 
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional mempersiapkan peta jalan untuk pengembangan pekerjaan hijau yang berfokus pada tiga tantangan.
 
Pertama, memanfaatkan pendorong transformasi ekonomi. Kedua, melakukan transisi pekerjaan hijau ke dalam kebijakan pemerintah.
 
Fokus terakhir adalah kebutuhan akan kolaborasi untuk menciptakan ekosistem pengembangan keterampilan hijau bagi masyarakat Indonesia.
 
Lucky menuturkan pemerintah dapat mempelajari praktik terbaik dalam pekerjaan hijau dari pengembangan pekerjaan hijau yang telah dilakukan oleh Organisasi Ketenagakerjaan Internasional (ILO) di Indonesia.
 
Hal ini melibatkan penciptaan ekosistem pendukung untuk mengadopsi sektor-sektor hijau seperti energi terbarukan melalui kebijakan dan regulasi yang menguntungkan, insentif dan subsidi, serta kampanye terkait manfaat teknologi bagi pekerja lokal, ekonomi Indonesia, dan lingkungan lokal serta global.
 
"Dengan melakukan hal-hal tersebut, peluang bisnis menarik bagi investor dalam proyek-proyek hijau akan tercipta, sekaligus mengembangkan keterampilan dan penciptaan pekerjaan yang memiliki potensi untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja, keluarga, dan masyarakat," pungkas Lucky.

 
Baca juga: OIKN: IKN dirancang sesuai dengan prinsip "green economy"

Baca juga: BRIN: Pendidikan vokasi perlu menangkap peluang "green job"

Baca juga: Harapan transisi energi dan ekonomi hijau pada pemimpin baru

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024