tidak ada salahnya kita membangun budaya bertani. Pilihannya ya bertani modern
Samarinda (ANTARA) - Penjabat Gubernur Provinsi Kalimantan Timur Akmal Malik mengingatkan pentingnya kemandirian pangan di daerah dalam rangka mengurangi kerawanan pangan dan gizi melalui pendayagunaan sumber daya, kelembagaan dan kearifan lokal.

Akmal Malik di Samarinda, Sabtu, mengatakan Indeks Ketahanan Pangan (IKP) Kaltim memang berada di atas rata-rata nasional. Tapi sayang kata Akmal, angka itu belum ditunjang dengan aspek kemandirian pangan.

“Pangan kita masih lebih banyak ditunjang oleh penyediaan dari daerah lain,” kata Akmal Malik saat Bincang Santai Edisi Ramadhan di Rumah Jabatan Gubernur Kaltim.

Dari tahun ke tahun, secara umum produksi pangan Kaltim terus mengalami penyusutan. Karena itu, Kaltim menutup kekurangan penyediaan pangan itu dari daerah lain.

Menurut Akmal, secara ekonomi hal demikian sah-sah saja. Pasar akan bergerak mengikuti supply (pasokan) dan demand (permintaan).

Untuk penyediaan pangan dari luar itu, Kaltim masih memiliki fiskal yang kuat. Namun menurut Akmal, dalam perspektif jangka panjang kondisi ini tentu tidak baik.

Baca juga: Soal wujudkan kemandirian pangan, Ganjar: Harus modernisasi pertanian
Baca juga: Pj Gubernur berkolaborasi wujudkan kemandirian pangan di NTB


Menurut Akmal, dalam jangka panjang, soal kemandirian pangan ini akan menjadi persoalan jika Kaltim abai menyiapkan diri.

“Apalagi, esensi otonomi daerah itu adalah kemandirian,” kata Akmal.

Memang, tidak ada satu pun daerah di dunia yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan sendiri.

“Karena itu perlu kerja sama dengan daerah lain. Tapi dalam jangka panjang kita perlu membudayakan semangat bertani. Kalau kita abai, ini tidak baik untuk masa depan,” tegasnya lagi.

Pertanyaan selanjutnya kata Akmal, seberapa lama kekuatan fiskal Kaltim itu mampu menahan oleh sebab itu, Kaltim harus bisa menyiapkan produksi pangan sendiri.

“Dua bisnis yang tidak akan pernah mundur. Yaitu energi dan pangan. Ini perlu dicatat, orang bisa hidup tanpa listrik, tapi tidak tanpa nasi,” jelasnya.

“Apa kita bisa terus menjaga pasar, Ingat, ketersediaan itu tergantung uang. Maka tidak ada salahnya kita membangun budaya bertani. Pilihannya ya bertani modern,” sambung Akmal.

Baca juga: Gubernur Khofifah apresiasi capaian peningkatan kemandirian pangan
Baca juga: BRIN: Indonesia perlu perkuat kemandirian pangan berbasis teknologi


Lebih jauh dijelaskan Akmal, fiskal besar itu bisa melenakan. “Kita harus antisipasi kemungkinan terburuk,” pesan Akmal.

“Fiskal besar itu bisa didorong untuk membangun infrastruktur pertanian. Embung, bendungan dan lainnya,” paparnya.

Akmal gencar mensosialisasikan pertanian dengan pola greenhouse dengan alasan untuk memotivasi generasi muda.

Pasalnya, saat ini minat anak muda untuk bertani semakin jauh. Mereka lebih tertarik dengan tambang dan kerja di perkotaan.

"Mengapa greenhouse, Karena bertani tidak lagi menarik. Bertani perspektifnya berlumpur dan kotor. Mengapa tidak kita tawarkan bertani secara modern, Salah satunya dengan greenhouse," jawab Akmal.

Sebelumnya, Kepala Dinas Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura Siti Farisyah Yana menjelaskan angka Indeks Ketahanan Pangan secara nasional pada 2021-2023 berada pada angka 71. Sementara beberapa kabupaten kota di Kaltim angkanya sudah berada di atas 79, bahkan hingga 91,4 untuk Balikpapan.

"Hanya ada tiga daerah yaitu Kubar, Kutim dan Mahulu yang IKP-nya di bawah rata-rata nasional," ungkap Siti Farisyah Yana.

Selain itu, Yana juga memaparkan berbagai langkah strategis pertanian berkelanjutan di Kaltim.

Baca juga: Kemenkop UKM sebut koperasi jadi solusi kemandirian pangan
Baca juga: BKKBN: Program kemandirian pangan dorong penurunan stunting di Sumsel
Baca juga: Uhamka berdayakan lahan 64 hektar untuk masyarakat mandiri pangan

 

Pewarta: Arumanto
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2024