Jakarta (ANTARA News) - Perancang busana Edward Hutabarat mempersembahkan puluhan koleksi busana motif batik dalam peragaan bertema "The Parang" di Jakarta Fashion Week 2014, Senin.

Alumni Lomba Perancang Mode 1980 itu menggunakan motif-motif batik dari banyak sentra batik termasuk Cirebon, Pekalongan, Yogyakarta, dan Solo.

Edward, yang akrab dipanggil Edo, sengaja memilih motif parang yang kerap disebut motif batik paling agung.

Motif parang mendominasi model-model busana rancangannya yang berpotongan sederhana dengan model khas busana era 1950-an dan 1960-an.

Edward mengaku sengaja menonjolkan keindahan batik dengan potongan simpel yang dia gambarkan sebagai "simplicity, sexy, in quality" atau sederhana, seksi, dan berkualitas.

Hal itu terlihat dari busana-busana kasual berpotongan lurus, seperti gaun A line dipadu bolero, baby doll, dan celana pipa.

Aksen seperti tangan balon dan turtle neck menghiasi busana-busana dengan garis sederhana nan modern itu.

Kesan gaun musim panas diperkuat dengan rok-rok lebar melambai berhias lapisan renda dan juga tile.

Dia tidak hanya berkutat dengan motif parang, beragam motif lain juga dia sertakan dalam 82 busana yang dibuat dengan mengeksplorasi kekayaan mode Indonesia itu.

"Saya juga memasukkan motif flora dan fauna yang berwarna-warni," ujar Edo.

Nuansa cerah terlihat pada motif flora dan fauna seperti gajah dan burung.

Sebagai pemanis, Edward juga memasukkan motif polkadot, garis-garis, dan kotak-kotak di bagian ujung lengan, lingkar pinggang, atau dalam bentuk mantel pelengkap.

Edo mengatakan dia tidak terlalu banyak memberikan porsi untuk unsur non-batik agar mata penonton tetap fokus pada batik.


Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013