Sedimentasi itu muncul terbawa banjir yang terjadi akibat pembabatan hutan membuat selat semakin dangkal dan menghilang
Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan aktivitas pembabatan hutan secara besar-besaran yang dilakukan pada era kolonial telah menimbulkan sedimentasi yang menyebabkan Selat Muria menjadi daratan.
 
 
"Dulu waktu zaman Belanda pembabatan hutan di sana sangat intens, sehingga menyebabkan erosi. Sedimentasi yang terjadi menyebabkan Selat Muria menjadi daratan," kata Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Eko Soebowo saat dihubungi di Jakarta, Rabu. 

Baca juga: BRIN sebut tak ada kaitan banjir dengan isyarat kemunculan Selat Muria
 
Eko menjelaskan sejak abad ke-7 sampai sekarang, aktivitas pembabatan hutan maupun erosi terus terjadi di selatan Selat Muria maupun Lereng Gunung Muria. Material dari erosi itulah yang mengisi dataran Selat Muria.

Sedimentasi itu muncul terbawa banjir yang terjadi akibat pembabatan hutan membuat selat semakin dangkal dan menghilang, sehingga Pulau Jawa menyatu dengan Pulau Muria.

Menurutnya, umur daratan yang tergolong baru akibat proses sedimentasi membuat tanah belum kompak dan belum mengalami pemadatan yang sempurna. Tanah lunak tersebut menyebabkan bangunan menjadi mudah ambles.

Baca juga: KKP tangkap dua kapal ikan Indonesia langgar WPPNRI 713 Selat Makassar
 
"Dulu banjir justru mengisi sedimen di Selat Muria, akhirnya terjadi pendangkalan, sehingga terbentuk daratan," kata Eko.
 
Lebih lanjut, dia mengingatkan masyarakat agar bijaksana dalam penggunaan air. Kegiatan pengambilan air tanah yang dilakukan secara berlebihan telah membuat kawasan Demak hingga Kudus mengalami penurunan muka tanah yang parah.
 
Perubahan iklim yang mencairkan es di kutub utara dan selatan meningkatkan muka air laut dan menjadi ancaman serius yang berpotensi memunculkan kembali Selat Muria.

Baca juga: BBMKG minta nelayan waspadai gelombang hingga 5 meter di selatan Bali

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2024