Benghazi, Libya (ANTARA News) - Seorang kolonel Angkatan Udara Libya dibunuh Kamis di Benghazi, insiden terakhir dalam serangkaian serangan terhadap pasukan keamanan di kota tempat lahirnya revolusi 2011 itu.

"Kepala pengawas lalu lintas udara di pangkalan militer Benina, Kolonel Adel Khalil al-Tawahini, dibunuh pada Kamis pagi," kata Kolonel Abdallah al-Zaidi, seorang juru bicara pasukan keamanan, lapor AFP.

Zaidi mengatakan, sejumlah orang bersenjata tak dikenal melepaskan tembakan ke arah Tawahini ketika ia meninggalkan rumahnya di kota wilayah timur itu.

Penembakan mematikan itu merupakan yang terakhir dari serangkaian serangan terhadap pejabat keamanan Libya di Benghazi dalam beberapa waktu terakhir ini.

Pada 18 Oktober, kepala polisi militer Libya, Kolonel Mustapha al-Barghathi, tewas dalam serangan di kota itu.

Barghati tewas akibat luka-luka tembakan di kepala dan dada di rumah sakit Al-Jala di kota kawasan Laut Tengah itu, kata Zaidi, dengan menambahkan bahwa ia adalah perwira pertama di jajaran militer Muamar Gaddafi yang membelot dan membentuk pasukan pemberontak pada 2011.

Pada 13 Oktober, seorang perwira Angkatan Udara Libya juga dibunuh dalam serangan serupa.

"Penyerang-penyerang tak dikenal melepaskan tembakan ke arah Abdelfattah al-Ryani, seorang perwira angkatan udara, di daerah Al-Hadaek, Benghazi," kata Zaidi kepada AFP.

Perwira itu "tewas setelah tertembak di kepala dan dada", katanya.

Benghazi, tempat lahirnya pemberontakan anti-pemerintah yang menggulingkan rejim Muamar Gaddafi, dilanda pemboman dan serangan-serangan terhadap aparat keamanan dan juga konvoi serta organisasi internasional dan beberapa misi Barat.

Pihak berwenang menyalahkan kelompok garis keras atas kekerasan itu.

Militan yang terkait dengan Al Qaida menyerang Konsulat AS di Benghazi yang menewaskan Duta Besar AS untuk Libya, Chris Stevens, dan tiga warga lain Amerika pada 11 September 2012.

Pemerintah baru Libya hingga kini masih berusaha mengatasi banyaknya individu bersenjata dan milisi yang memperoleh kekuatan selama konflik bersenjata yang menggulingkan Muamar Gaddafi.

Gaddafi (68), pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa dan bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak, diumumkan tewas oleh kelompok pemberontak Dewan Transisi Nasional (NTC) pada 20 Oktober 2011.

NTC, yang memelopori pemberontakan untuk menggulingkan pemerintah Gaddafi, mendeklarasikan "pembebasan" Libya tiga hari setelah penangkapan dan pembunuhan orang kuat itu pada 20 Oktober.

Selama konflik, dewan itu mengatur permasalahan kawasan timur Libya yang dikuasai pemberontak dan melobi keras untuk pengakuan diplomatik dan perolehan dana untuk mempertahankan perjuangan berbulan-bulan dengan tujuan mendongkel kekuasaan Gaddafi.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013