Damsyik (ANTARA News) - Presiden Suriah Bashar Assad hari Selasa menyeru pemimpin Arab mendukung perlawanan terhadap musuh, Israel, pada masa depan. Untuk itu, kepala negara Arab harus mengikuti jalan rakyatnya yang sudah memberi dukungan luas kepada gerakan Syiah Libanon Hizbullah dan kelompok pejuang lain, kata Assad dalam pidatonya. "Kepada yang menuduh Suriah mendukung Hizbullah, kami mengatakan bahwa adalah kehormatan besar bagi kami dan tugas bagi seluruh Arab," katanya di balai sidang Damsyik itu, seperti dilaporkan media transnasional. Saat menanggapi hasil sengketa Hizbullah-Israel, ia mengatakan, "Gempuran Israel atas Libanon merupakan kegagalan besar bagi Israel dan sekutunya. Israel dipecundangi." Assad menyambut resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa nomor 1701, yang menyeru penghentian kekerasan, tapi --seperti pemimpin Hizbullah Sheikh Hassan Nasrallah-- mengecamnya, karena menuding Hizbullah sebagai penyebab perang itu. "Perang itu tidak berhubungan dengan tentara Israel," kata Assad, dengan menuduh Israel merencanakan serangan atas Libanon tahunan sebelumnya dan memakai penawanan dua serdadunya semata-mata sebagai dalih untuk melaksanakan rencana tersebut. Ia juga menyalahkan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang terlalu lama dalam merundingkan resolusi, sementara kawasan itu nyaris meledak. "Mereka baru bergerak bila Israel kesakitan," katanya. Dari Amman dikabarkan bahwa Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier hari Selasa membatalkan rencana kunjungannya ke Damsyik, dengan menyatakan ketidak-senangannya pada pidato Assad tentang kemelut Libanon itu. Pidato tersebut merupakan sumbangan buruk, yang tidak memadai bagi tantangan dan peluang di Timur Tengah, kata Steinmeier dalam tanggapannya di bandar udara Amman, Yordania. Menteri Jerman itu merujuk pada pidato Assad, yang menyatakan adalah kehormatan besar bagi Suriah untuk mendukung Hizbullah dan menyeru pemimpin Arab mendukung perlawanan terhadap musuh, Israel, pada waktu mendatang. Steinmeier sedang dalam lawatan ke kawasan itu dalam upaya mencari bantuan untuk meningkatkan alur gencatan senjata dan telah berunding dengan Raja Yordania Abdullah II di Amman. Ia dijadwalkan tiba di Suriah pada Selasa malam dan berembuk dengan Assad pada hari berikutnya sebagai bagian dari perjalanannya ke Timur Tengah untuk mendesak kekuatan kawasan itu mewujudkan perdamaian abadi di Libanon tersebut. Setiba di Amman hari Senin, ia menyatakan Jerman masih mempertimbangkan apakah akan mengirim pasukan ke Libanon. "Kami akan memutuskan dengan cara bertanggungjawab dan segera apakah pemerintah Jerman akan menyumbang (pasukan) dan bagaimana itu akan dilakukan," kata Steinmeier. Gencatan senjata hasil prakarsa Perserikatan Bangsa-Bangsa antara Israel dengan Hizbullah itu tampak ditaati untuk hari kedua, Selasa.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006