Malang (ANTARA) - PT Amerta Indah Otsuka berkomitmen memerangi penyakit Tuberkulosis (TBC) di tempat kerja dengan melakukan intervensi asupan gizi bagi penderita penyakit tersebut.

Head of Corporate Communication PT Amerta Indah Otsuka Laibun Sobri di Malang, Jawa Timur, Kamis, mengemukakan bahwa untuk mendukung pemenuhan gizi tersebut pihaknya menggandeng ahli gizi, di mana setiap ahli menangani 13 orang.

"Kami juga terus berupaya mengetuk setiap perusahaan untuk bergabung dengan program kami, untuk membebaskan pekerja dari penyakit TBC melalui berbagai program, khususnya Program Free TBC at Workplace dan intervensi, dan itu free," kata Sobri.

Intervensi gizi yang diberikan kepada penderita di antaranya dengan menambah menu Soyjoy, yakni makanan sehat yang memiliki serat tinggi dan memiliki nilai glikemik indeks rendah, sehingga mampu menahan rasa lapar lebih lama.

Pada awal diluncurkannya program ini, katanya, sedikitnya 250 perusahaan di tanah air diajak bergabung, namun hanya 44 perusahaan yang merespons positif dan bergabung.

Ia mengakui TBC masih memunculkan stigma negatif bagi penderitanya, padahal penyakit itu bisa disembuhkan dengan pengobatan rutin. Karena stigma negatif tersebut, kemungkinan menjadikan perusahaan "malu" jika ditemukan pekerja positif TBC.

Ia mengakui kondisi itu menjadi tantangan yang paling berat, ada kecenderungan perusahaan tidak mau membuka diri jika ada karyawan yang positif TBC. Selain itu, karyawan itu sendiri yang malu mengakui penyakit TBC, karena adanya image negatif dari TBC.

Baca juga: Kemenkes: edukasi penting untuk singkirkan stigma tentang TBC

Baca juga: Kemenkes: Kolaborasi penting guna eliminasi TBC cegah isu multiaspek


"TBC masih menjadi salah satu penyakit menular penyebab kematian terbesar di Indonesia. Berdasarkan data Kemenkes, lebih dari 900 ribu orang hidup dengan TBC," katanya.   

Sobri mengemukakan bahwa data penderita TBC di Indonesia didominasi oleh usia produktif antara 25-55 tahun, dan 40 persen di antaranya menderita TBC, sehingga tempat kerja menjadi salah satu area penularan TBC.

Ia mengemukakan saat ini lebih dari 80.000 karyawan telah dilakukan pelacakan dan skrining awal. Mereka yang terkonfirmasi positif TBC akan diberikan program pengobatan yang komprehensif.

Dari skrining tersebut, lanjut Sobri, 77 orang di antaranya positif menderita TBC. "Dari 77 orang pasien ini, 90 persen dinyatakan sembuh dan 10 persen lainnya masih dilakukan treatment tambahan, karena alergi obat," ujarnya.

Pada kesempatan itu, Sobri mengemukakan saat ini pihaknya tengah melakukan penjajakan dengan PT KAI. "Masih dalam proses MoU (nota kesepahaman). Dengan bergabungnya PT KAI nanti, perusahaan yang bergabung dalam program ini menjadi 45 perusahaan," katanya.

Oleh karenanya, Otsuka sebagai perusahaan yang bergerak di bidang kesehatan, menginisiasi program Free TBC at Workplace sebagai wujud komitmen Otsuka sesuai dengan filosofi perusahaan, yaitu Otsuka-people creating new products for bentter health worldwide.

Program ini mendapat dukungan dari Kementerian Ketenagakerjaan dan Kementerian Kesehatan. Free TBC at Workplace merupakan program yang bertujuan untuk menanggulangi TBC di tempat kerja dan memberikan pendampingan bagi mereka yang ditemukan positif TBC.

Atas dedikasinya dalam penanggulangan TBC di tempat kerja tersebut, PT Amerta Indah Otsuka pada Februari lalu menerima penghargaan dari World Economy Forum (WEF) dan Public Relation Indonesia Award.

Baca juga: Kemenkes khawatir "silent pandemic" dari TBC resisten obat

Baca juga: Kemenkes: Perlu kerja sama untuk mengatasi masalah TBRO di Indonesia

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024