Secara global, dolar melemah karena dunia mulai khawatir gonjang-ganjing di kongres dan ketidakpastian anggaran. Itu membuat dolar melemah atas berbagai mata uang, termasuk rupiah,"
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan ketidakpastian ekonomi di Amerika Serikat (AS) menyebabkan terjadinya penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga kisaran Rp11.000 pada Jumat sore.

"Secara global, dolar melemah karena dunia mulai khawatir gonjang-ganjing di kongres dan ketidakpastian anggaran. Itu membuat dolar melemah atas berbagai mata uang, termasuk rupiah," ujarnya di Jakarta, Jumat.

Bambang menambahkan selain karena adanya kecenderungan pelemahan dolar AS, penguatan rupiah dalam beberapa hari terakhir juga disebabkan oleh fundamental perekonomian nasional yang saat ini relatif terjaga.

Ia tidak melihat penguatan rupiah tersebut diakibatkan oleh intervensi dari Bank Indonesia, karena saat ini cadangan devisa justru meningkat dari sebelumnya 92 miliar dolar AS menjadi 95 miliar dolar AS.

"Kalian jangan `underestimate` pergerakan sekarang karena intervensi. Kalau BI intervensi, cadangan devisa itu sudah jauh dibawah sekarang. Saat ini, justru cadangan devisa naik," katanya.

Bambang mengharapkan Bank Indonesia terus memantau kondisi perekonomian terkini dan menjaga stabilitas pergerakan nilai kurs rupiah, meskipun mata uang rupiah tidak boleh ditetapkan pada nilai kurs (rate) tertentu.

"Intinya BI adalah menjaga stabilitas pergerakan kurs, artinya tidak boleh `volatile` karena menganggu ekonomi. Tapi dia tidak boleh menjaga suatu `rate`, tidak boleh menargetkan di 11.000 atau 11.100," ujarnya.

Mata uang rupiah pada Jumat sore kembali menguat sebesar 124 poin terhadap dolar AS menjadi Rp11.001 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya (24/10) Rp11.125 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra mengatakan bahwa ketidakpastian ekonomi AS cenderung menekan dolar AS terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah.

"Penurunan `yield` obligasi AS dan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan menunda `tapering` program stimulusnya hingga tahun depan terus membebani dolar AS," katanya.

Ia mengemukakan bahwa sebagian orang menilai jika ekspektasi penundaan "tapering" the Fed akan terus menekan dolar AS, sehingga mata uang AS itu dinilai tidak memiliki arah yang jelas untuk saat ini.

Sedangkan, pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Ruly Nova menambahkan ekspektasi positif pasar terhadap kinerja ekonomi Indonesia yang akan dipaparkan pada awal November membawa nilai tukar rupiah mengalami kenaikan terhadap dolar AS.

"Sentimennya masih positif di pasar uang domestik, sehingga rupiah menguat," kata dia. (*)

Pewarta: Satyagraha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013