Jakarta (ANTARA) - Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Dr. dr. Widya Artini Wiyogo, Sp.M(K) mengatakan hubungan konsumsi minuman beralkohol dengan risiko glaukoma pernah diteliti secara medis namun ternyata kurang signifikan.

Namun, menurut dia, kebiasaan orang menambah kadar alkohol pada minuman dengan campuran tertentu (biasanya untuk mabuk-mabukan) bisa memberi dampak pada saraf bola mata karena tekanan intraokular yang tinggi.

"Itu yang menjadi masalah ketika alkohol suka dicampur-campur. Kalau dicampur-campur mungkin bisa rusak saraf bola matanya," kata Widya pada acara diskusi soal kesehatan mata bersama Rumah Sakit Spesialis Mata Jakarta Eye Center (JEC) di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, Kamis.

Untuk lebih memastikan, menurut Widya, masyarakat tetap perlu memeriksakan kesehatan mata secara berkala dan rutin agar diagnosa glaukoma bisa lebih cepat dilakukan oleh dokter.

Baca juga: Dokter ingatkan pasien glaukoma akut segera turunkan tekanan bola mata

Baca juga: Dokter: Deteksi dini penting guna perlambat progres glaukoma


Sebelumnya,  Azhiera Adzka, mantan istri eks kiper tim nasional sepak bola Indonesia Kurnia Meiga, melalui tayangan podcast bersama Uya Kuya mengungkap minum minuman beralkohol sempat dilakukan mantan suaminya sebelum mengalami gangguan penglihatan yang memaksanya "gantung sepatu".

Lanjut Azhiera, dirinya sempat dibangunkan oleh asisten rumah tangga karena kondisi Kurnia Meiga tiba-tiba muntah-muntah.

Azhiera pun sempat membawa Kurnia Meiga ke bidan langganan mereka. Dan Kurnia pun mendapat suntikan anti mual sebelum beristirahat.

Lebih lanjut Widya mengatakan penglihatan berkabut dan kabur, sakit kepala, nyeri pada area mata, mual dan muntah, mata kemerahan, jarak pandang menyempit, dan adanya titik berwarna kehitaman yang mengikuti gerakan mata merupakan beberapa gejala umum seseorang mengalami glaukoma.

Namun, menurut Widya, banyak yang tidak menyadari bahwa potensi terbesar mengidap penyakit glaukoma di negara berkembang justru karena sebab yang tidak terdeteksi (jumlahnya mencapai 90 persen).

Dalam rangka memperingati Pekan Glaukoma Sedunia pada tanggal 10-16 Maret 2024, JEC Group
menyelenggarakan berbagai sosialisasi dengan tema "Gerakan Sadar Glaukoma: Guna Menyelamatkan Kualitas Hidup Kita."
 
Kegiatan itu ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat terkait penyakit glaukoma yang tidak dapat direhabilitasi dan paya pencegahan kebutaan akibat glaukoma, serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya deteksi glaukoma sedini mungkin.

Baca juga: Dokter paparkan faktor-faktor risiko yang perparah glaukoma 

Baca juga: Dokter spesialis mata bilang kebutaan akibat glaukoma bisa dicegah
 

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024